Sejarah Badik, Senjata Tradisional Sulsel
INDEKSMEDIA.ID – Pada Era Luwu Kuno/klasik Badik dikenal dengan nama Kalio. Saat ini jenis-jenis variant kalio masih banyak didapatkan dan tidak kalah banyak pula yang sudah hilang ditelan masa.
Kalio pada jaman dahulu lebih banyak digunakan sebagai alat-alat pertanian dan sebagian digunakan untuk bertahan hidup/penjaga dikala masyarakat bugis terancam Seiring perkembangannya kalio beralih fungsi dan penamaanya menjadi badik yang digunakan untuk menjaga Siri’ Harga diri.
Ada banyak kisah menarik tentang Badik 1. Sala satunya yaitu POLO MALELA RIUNRA KERAJAAN BONE jika diartikan POLO MALELAE bisa berarti keputusan atau sesuatu yang diputuskan bersifat atau berlaku sangat keras (ibarat badik malela yang unsur magis dan racunya sangat keras karena mamoso).
Bahwa kesepakatan tersebut berlaku mengikat secara moral. Dan biasanya disertai kutukan.Pada jaman itu kehidupan masyarakat diwilayah unra sangat tentram dan damai hingga pada suatu waktu penjajah Jepang dan dibantu oleh bebrapa elit-bangsawan datang dan ingin merampas harta-harta masyarakat Unra.
Melihat kejadian itu masyarakat unra tidak tinggal diam dan melakukan perlawanan 7 hari 7 malam lamanya mereka melakukan perlawanan dan berhasil memukul mundur Para Penjajah dan Membunuh elit Bangsawan dengan menggunakan badik Malela.
Burung-burung bersiul, Bidadaripun bertepuk tangan melihat gigihnya perlawanan masyarakat unra saat itu. Manusia yang MALELA (mamoso) manusia yang sederhana tanpa embel-embel (tanpa pamor badik), manusia yang dihargai, didengarkan, dipatuhi jika berujar meskipun sedikit yang diucapkan (mamoso ada-adanna), di segani.
2. Badik digunakan sebagai symbol menjaga harga diri (siri’) Salah-satu yang menarik pada masyarakat Sulawesi jika SIRI?(harga diri) suda diijak maka jalan terakhir yang dilakukan yaitu MASSIGAJANG LALENG LIPA (bertarung dalam sarung Menggunakan badik).
Dahulu kala sigajang laleng lipa dilakukan bukan hanya sekadar untuk membuktikan kejantanan si pemenang sebagai lambang kekuatan, tetapi juga adalah seni, hanya berupa permainan rakyat, meskipun akhirnya berakhir dengan kematian, tapi ada juga arung/bangsawan juga menjadi passigajang.
Akhirnya banyak juga arung yang mate sigajang, bukan itu saja, Sigajang laleng lipa juga sebagai salah satu media mementukan kebenaran bagi mereka yang bersengketa.
Pemenang bagi yang hidup adalah yang benar dan yang mati adalah pihak yang salah jika mereka menginginkan Badik Sangat dihargai oleh masyarakat Bugis Makassar.
Sebelum lahir Anak Sudah dipersiapkan Sebilah Badik untuk Penjaga Bayi (Lise? Baku-Baku Asenna) Badik Juga Dipercaya dapat Menjaga Bayi dari Mahluk Halus ataupun Manusia yang ingin berbuat jahat.
Badik Merupakan salah satu simbol identitas masyarakat Sulawesi. Salah satu filosofi yang terkandung dalam badik yaitu :
* Badik dalam posisi tersarungkan menyimbolkan angka 7 (makna filosofi angka 7 dalam bahasa bugis makassar yaitu mattuju-tujung/selalu tepat dalm melaksanakan tindakan).
Sementara ketika terbuka menyimbolkan angka 17 yang mengarah ke jumlah rakaat dalam sholat, sementara ketika tergemgam dan sebelum tergenggam mengisyaratkan agka 5 dan 6 sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam agama islam mengenal rukun iman dan rukun islam.
*Dalam Masyarakat Bugis Makassar Laki-laki akan dianggap balig/dewasa saat telah mampu menyandang badik dipinggangya dan menjaga SIRI’ Diri dan Keluarganya.
*Masyarakat Sulawesi Menyandang badik karena Siri’ yang dipertahankan (Siri Dalam artian Menjaga harkat dan martabat keluarga dalam hal kebenaran dan bukan dalam hal gagah- gagahan).
*Menjadi sebuah tradisi seorang anak yang baru lahir akan diberi kawali sebagai penjaga dari mara bahaya dan agar bayi ini kelak bisa bersifat Matareng(tajam) seperti BADIK.
*Badik Menjadi Identitas Masyarakat Sulawesi, Menjadi Perlambang Kedewasaan, Kesatriaan, Keberanian dan Tanggung jawab dengan wibawah kepemimpinan Dalam Masyarakat Sulawesi BESI merupakan anugrah yang suci dari sang maha pencipta Dalam Al-Quran terdapat surah Al-Hadid yang menjelaskan bahwa keutamaan besi diciptakan untuk umat manusia dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Pelibatan dimensi metafisik senantiasa akan menghasilkan pusaka yang bertuah, Dimensi Tanah, Air, Api dan Udara merupakan perwujudan dari SULAPA EPPA (4 sisi) digabungkan kedalam proses pembuatan Badik Seiring perkembangannya badik kontemporer sudah mulai dibuat oleh empu/panre bugis seperti badik alif(model sholat,berdoa dan model duduk disingasana) dan masih banyak lagi model2 kontemporer kekinian yang dibuat tanpa mengurangi aspek estetika badik-badik sebelumnya.
Dalam naskah Klasik Lagaligo djelaskan LUWU Merupakan Awal Peradaban Besi di sulawesi Sampai saat ini masih banyak artefak2 kuno yang ditemukan d wilayah luwu dan sekitarnya yang merupakan faktor pendukung sejarah peradaban badik di sulawesi Badik secara universal berbicara di wilayah Bentuk, bahan, metode.
Dimana 3 wilayah ini akan ditemukan perbedaan-perbedaan dari tiap wilayah dsulawesi. Namun jika kita masuk pada wilayah tujuan Maka Badik punya tujuan yg sama. Sebab sama2 dilahirkan oleh salah satu kebutuhan manusia yaitu rasa ingin aman, damai, dan terlindungi. (*)