Beberapa Versi Asal Usul Pengobatan Tradisional Belian Bawo Milik Suku Dayak Benuaq
INDEKSMEDIA.ID – Belian Bawo merupakan pengobatan tradisional milik Suku Dayak Benuaq.
Ada beberapa versi asal usul Belian Bawo, pengobatan tradisional milik suku Dayak Benuaq.
Versi pertama asal usul Belian Bawo sudah kami ulas pada artikel sebelumnya.
Dalam artikel ini ada versi kedua hingga keempat yang akan kami beberkan.
Berikut beberapa versi Belian Bawo, pengobatan tradisional mili suku Dayak Benuaq :
• Versi kedua menyatakan bahwa Belian Bawo berasal dari seseorang bernama Raqsasaaq yang tinggal di daerah bernama Bawo Adang.
la mendapatkan pengetahuan tentang belion bowo dari makhluk halus.
Tidak terdapat penjelasan bagaiamana cara dia mempelajari belian bowo, apakah dengan cara mengikuti/meniru gurunya atau awalnya menjadi gila (kerasukan) terlebih dahulu sebelum bisa mahir menjadi belion bowo.
Konon kabarnya Raqsasaaq memiliki pengetahuan yang sangat tinggi, hingga bisa menewaskan seseorang atau ia bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal dunia melalui upacara belian bowo ini.
Kini tidak ada lagi pemeliatn yang memiliki kemampuan untuk menghidupkan dan menewaskan orang seperti Raqsasaaq dan ketiga keturunannya. Namun belian bowo hingga sekarang masih diturunkan kepada para pengikutnya.
• Versi ketiga menyatakan bahwa belian bowo berasal dari seseorang bernama Japaq Pelulaq.
Suatu hari Japaq Pelulaq membuat lemang, ketupat dan ayam panggang, lalu memasukkannya ke sebuah wadah (anjat).
la kemudian pergi ke tern pat Ki lip, seseorang yang mengikuti Japaq Pelulaq menuju ke Bawa Langit.
Japaq Pelulaq membawa sebuah guci yang bibirnya pecah, sementara Kilip membawa sebuah piring.
Di Bawa Langit keduanya mempelajari belian bowo, hingga ditahbiskan menjadi pemeliotn (perantara).
Sejak saat itu mereka bertugas menyembuhkan orang sakit di Kampung Ruang dan mentahbiskan orang-orang berikutnya yang dianggap berbakat menjadi pemeliatn.
• Versi keempat menyatakan bahwa belian bowo berasal dari makhluk halus (uwok).
Alkisah seorang suami memasukkan peti jenazah (lungun) istrinya yang telah meninggal ke dalam sungai, karena khawatir jenazah istrinya akan dimakan oleh makhluk halus pemakan mayat (uwok) jika dimakamkan di hutan.
Namun uwok tetap berupaya mencari mayat tersebut dengan mengucapkan mantera-mantera sambil menari.
Setelah uwok berhasil menemukan jenazah istrinya, pemimpin uwok berhasil menghidupkan jenazah itu dengan cara menggosokkan ramuan yang terbuat dari kayu-kayuan dan minyak mujot ke tubuh jenazah.
Suami yang mengawasi dan mempelajari bagaimana uwok menghidupkan jenazah (pesuli) lalu menirunya, sehingga ia kemudian menjadi pemeliatn yang bisa menghidupkan orang yang sudah mati. (*)