Mengenal Lebih Dekat Kesenian Rakyat Pantun Betawi
INDEKSMEDIA.ID – Pantun Betawi merupakan kesenian rakyat yang telah ada sejak zaman dahulu.
Pantun Betawi biasa dibawakan pada acara hajatan warga seperti perkawinan dan sunatan.
Artikel ini akan memberikan penjelasan mengenai Pantun Betawi beserta sejarahnya.
Cerita Pantun dikemukakan oleh FS. Eringa (1994) adalah cerita legenda yang mengandung unsur kesejarahan yang kebanyakan berisi berbagai rangkaian peristiwa atau petualangan para bangsawan dalam perebutan kekayaan dan wanita yang pada akhirnya.
Bila mereka menghadapi kesulitan yang luar biasa, selalu diselesaikan dengan pertolongan daya supernatural.
Kesenian Cerita Pantun hanya diiringi dengan kecapi, sementara itu si Juru Pantun membawakan Cerita Pantun sambil dinyanyikan mengikuti alunan kecapi.
Sebelum pertunjukkan kesenian Cerita Pantun terlebih dahulu disediakan sesajen, membakar kemenyan sambil mengucapkan mantra (rajah) dan doa.
Tujuan penggunaan mantra para Cerita Pantun ada dua, yang pertama yaitu untuk meminta maaf kepada tokoh-tokoh cerita yang akan dilakonkan. Dan yang kedua adalah berisi permakluman Juru Pantun kepada penonton atau pendengar tentang hal-hal yang ada hubungannya dengan pantun, seperti kecapi, lagu, dan cerita.
Rajah dinyanyikan dengan iringan kecapi dalam suasana magis religius.
Jenis sesajian ini bergantung pada keadaan setiap daerah Juru Pantun dan kebutuhan (maksud) penyelenggara.
Ada yang berupa ayam bakar, tujuh jenis kue, tujuh jenis rujakan, tujuh jenis minuman, tujuh macam bunga, dan pedupaan lengkap dengan kemenyan.
Sesajen yang digunakan dalam lingkungan masyarakat Kanekes (Baduy) lebih sederhana, yakni nasi putih, nasi uduk, kain putih, ayam panghurip, dan pedupaan.
Kesenian ini sangat mementingkan isi cerita sehingga dilantunkan sampai ceritanya tamat.
Pertunjukan Kesenian Cerita pantun biasanya diadakan dalam rangka merayakan perkawinan, khitanan, kelahiran, kematian, nadzar, upacara menyimpan padi ke lumbung (ngidepkeun pare), dan upacara ruwatan.
Namun dalam perkembangannya kesenian ini mulai dipentaskan pada acara HUT RI dan sebagainya. Tempat pertunjukan kesenian ini di dalam rumah atau di halaman rumah, di lapangan terbuka, dan di dalam gedung pertunjukan.
Penyelenggaraan pertunjukan biasanya semalam suntuk dari pukul 21.00 sampai pukul 05.00 dini hari kecuali untuk khitanan, yang biasa diadakan pada pagi hari.
Sekitar tengah macam ada adegan-adegan humor. Pada acara ruwatan ada dua buah cerita yang disajikan yaitu antara pukul 21.00 sampai 03.00 berupa cerita hiburan, dan sisanya cerita Batara Kala. Adapun tempat pertunjukan biasanya di dalam rumah.
Siapa yang pertama kali memperkenalkan Kesenian Cerita Pantun, sulit untuk ditelusuri, karena tidak ada bukti tertulis yang menguatkan setiap dugaan.
Hanya diperkirakan seni ini sudah hidup dan berkembang di darah Pasundan (Provinsi Jawa Barat dan Banten) pada abad ke-16.
Sebab secara historis kata “pantun” pertama kali diperkenalkan termaktub di dalam sebuah naskah Sunda Kuno berjudul sang Hyang Siksa Kanda Ng Karesian yang ditulis pada tahun 1518 Masehi.
Dalam naskah disebut -sebut tentang adanya Cerita pantun dan juru pantun, bunyinya adalah sebagai berikut: Hayang nyaho di pantun dan juru pantu ma: Langgarang, banyakcatra, Siliwangi, Haturwangi; Prepantun tanya (Bila ingin mengetahui tentang Cerita Pantun seperti Langgarang, Banyakcatra, Siliwangi, dan Haturwangi, silakan bertanya kepada tukang pantun).
Juru Pantun adalah orang yang biasa membawakan Cerita Pantun.
Pelaku adalah seorang laki-laki, hal ini kemungkinan berkaitan dengan waktu pertunjukan semalam suntuk yang membutuhkan seorang Juru Pantun yang biasanya hapal antara dua sampai lima buah cerita.
Sementara itu, Cerita Pantun adalah cerita prosa yang disajikan dengan cara dinyanyikan dengan iringan musik kecapi.
Cerita Pantun pada umumnya mengisahkan perjalanan para ksatria Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi dan keturunannya.
Dalam pertunjukan Seni Pantun Majalengka senantiasa menggunakan struktur sebagai berikut : Rajah pamunah, Mangkat Cerita, Nataan kerajaan dan para tokoh cerita, Bercerita, dan Rajah pamungkas atau rajah panutup.
Pantun merupakan kesenian yang mengandung unsur sastra dan karawitan. Oleh karena itu, Seni Pantun disebut pula teater tutur.
Pertunjukan Pantun dimainkan oleh seorang petutur atau juru pantun. Juru pantun membawakan cerita dengan melagukannya sambil memainkan kecapi.
Seni Pantun pada awalnya dipertunjukkan dalam Upacara Ngaruat, tetapi sekarang ditampilkan pula dalam acara perkawinan dan khitanan. (*)