OPINI: Pendidikan yang Memanusiakan
INDEKSMEDIA.ID — Pendidikan memanusiakan adalah suatu kegiatan untuk mengaktualkan setiap potensi manusia sehingga benar menjadi manusia sejati. Yaitu mengaktualkan berbagai potensi untuk menjadi manusia yang sejahterag serta bahagia.
Berbahagialah manusia-manusia yang mengaktualkan kemampuannya utuk menimba dalamnya ilmu pengetahuan.
Secara esensial, dalam jiwa setiap manusia, terdapat daya untuk bisa mendapatkan hal ini dan itu, tergantung dengan syaratnya, apakah sudah terpenuhi atau tidak.
Barangkali sebagian dari kita tak asing mendengarkan arti ayat “manusia diciptakan dari setinggi-tingginya tingkatan dan akan diturunkan serendah-rendahnya tingkatan.”
Artinya, jiwa manusia mampu mengaktual dari salah satunya, entah itu menuju setinggi-tingginya tingkatan atau menuju ke serendah-rendahnya tingkatan. Masing-masing dari keduanya terdapat makna tersendiri (sempurna dan tidak sempurna).
Tulisan ini setidak-tidaknya akan menggambarkan pendidikan yang memanusiakan manusia, seperti yang dikatakan oleh seorang ahli pendidikan Havard University, Howard Garner.
Nyatanya, Horward menyesalkan ulang atas apa yang pernah ia tulis dalam karya-karyanya, lantaran sudut pandangnya lebih banyak mengarah kepada aspek materialistis dan pragmatis. Kebenaran menurutnya apa yang bermanfaat bagi diri.
Sederhananya, hal yang tak bermanfaat, bukanlah kebenaran, sehingga pendidikan murni materi dan pragmatisme.
Secara filosofis pendidikan mesti memperhatikan aspek teologis, artinya pandangan dunia tauhid harus selalu ada dalam setiap perkembangan kurikulum. Entah kurikulum a,b,c dan d.
Olehnya, pendidikan tidak hanya sekadar keterampilan semata dalam analisis saintifik tetapi juga dalam analisis spiritual teologis.
Asketisme rasional saintifik, filosofis dan estetis semuanya dibarengi oleh spiritual termasuk di dalamnya pengembangan kebenaran ilmiah, filosofis, kedisiplinan dan tingkah laku.
Pendidikan etika individu dan kelompok haruslah berlandaskan pandangan dunia tauhid dan sosial, sehingga dengan pertautan keduanya bisa melahirkan orientasi pendidikan yang, selain aspek teologis, juga kemanusiaan.
Mengutip sudut pandang Haidar Baqir dalam bukunya “memulihkan sekolah memanusiakan manusia”, beliau menegaskan bahwa semestinya kita sadari kesuksesan materialistis sekalipun ditentukan juga oleh kecerdasan emosional dan spiritual. Oleh kekuatan cita-cita, karakter, daya imajinasi serta unsur lainnya.
Apa pun dalam pengembangan kurikulumnya harus disadari pandangan dunia tauhid dan kemanusiaan, dengan itu pendidikan bisa memanusiakan manusia.
Pada intinya, pendidikan sebagai wadah untuk memfasilitasi setiap manusia yang mengaktualkan potensi jiwa dan raganya.
Tentu setiap manusia ingin bahagia, maka tuntutlah kebahagiaan tersebut dengan pendidikan berbasis teologis dan humanistik. (*)
Penulis: Lucky Alamsyah (Guru SMP Frater Palopo)
Referensi: Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia (Haidar Baqir)