INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Kalian Harus Tahu Awal Karir Opu Daeng Risadju

Opu Daeng Risadju (kolase)

INDEKSMEDIA.ID –  Opu Daeng Risadju adalah salah satu patron perempuan di Tana Luwu.

Karir Opu Daeng Risadju dalam memperjuangkan kemerdekaan dan hak asasi manusia tentu sangat penuh tantangan.

Namun, siapa yang tahu bahwa karir Opu Daeng Risadju itu berawal dari suatu gerakan “sosialisme”? Berikut ini deskripsi singkatnya.

Keinginan untuk hidup bebas dari cengkraman kaum penjajah di awal abad ke-XX merupakan cikal bakal lahirnya organisasi yang bergerak dalam bidang politik.a

Kelompok paling menonjol yaitu Sarekat Islam (1911) yang telah didirikan oleh H. Saman Hudi, seorang pedagang Muslim Kaya dari Surakarta, Jawa Tengah.

Sarekat Islam (SI) merupakan transformasi dari organisasi yang mendahuluinya yaitu Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan pada 11 November 1911.

Untuk lebih memperluas dan mengembangkan perjuangan, maka pada 10 September 1912, SDI berubah menjadi SI, saat itu H. Samanhudi dan HOS Tjokroaminoto sebagai komisaris.

Dengan demikian tercatat dalam sejarah Opu Daeng Risadju sebagai wanita pertama kali di Indonesia yang menjadi puncak pimpinan Partai Politik yang berazaskan Islam.

Pada tahun 1930 beliau menghindari Kongres PSII di Pare-Pare bersama dengan tokoh PSII Pusat dari Batavia (Jakarta).

Dalam perjalanan karir, beliau memimpin PSII di Palopo, dibantu oleh seorang kerabatnya yang masih remaja, Mudehang yang bertugas sebagai sekretaris.

Kepemimpinan Opu Daeng Risadju di tubuh PSII menjadi unik dan menarik, karena dari beberapa wilayah lainnya semuanya dipimpin oleh kaum laki-laki dan bahkan sudah ada yang berpredikat Haji.

Kepemimpinan kaum wanita di tubuh PSII ini merupakan tempat yang terhormat karena tempat dan kedudukan sebagai tantangan sekaligus pemacu dirinya untuk terus berkarier.

Dilandasi keuletannya, Opu Daeng Risadju dalam meneruskan perjuangan di PSII, beliau melakukan pendekatan-pendekatan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya diantaranya: Daeng Manompo, Daeng Malewa, Ahmad Cambang, Beddu, Tjakkuru,dan lain-lain.

Mereka adalah orang-orang sederhana dan tingkat pendidikan yang rendah.

Tetapi mempunyai pendirian yang kokoh dan penuh semangat dalam membantu perjuangan Opu Daeng Risadju untuk menyebarkan organisasi PSII.

Sebagaimana dalam waktu yang singkat sudah berdiri beberapa distrik seperti: Bajo, Belopa, Suli, Malangke, Malili, Patampanua, dan sebagainya.

Pergantian Datu Luwu

Setelah Opu Daeng Risadju selesai menjalani masa hukumannya dalam Bui penjara, Datu Luwu Andi Kambo Daeng Risompa meninggal dunia pada tahun 1935.

Kondisi dalam Istana kerajaan Luwu mengalami perpecahan di kalangan Putera Keturunan Raja.

Dengan demikian aktivitas perjuangan Opu Daeng Risadju telah mendapat dukungan dari kalangan Istana Kerajaan Luwu.

Khususnya Andi Djemma yang telah menyisihkan uang pribadinya dan khas negara untuk membantu membiayai aktivitas dari pergerakan kebangsaan yang akhirnya membuat beliau harus dipecat dari jabatannya Sulawetang Wara.

Sementara Opu Daeng Risadju telah berhasil menyentuh hati seluruh lapisan masyarakat Tana Luwu, termasuk kalangan bangsawan dan orang terpelajar.

Melihat kondisi tersebut, Opu Daeng Risadju tidak tinggal diam, beliau memanfaatkan situasi dengan sebaik-baiknya.

Artikel ini merupakan kontribusi dari lomba penulisan budaya yang diselenggarakan Indeksmedia.id dengan tema “Menumbuhkan Budaya Mentradisikan Literasi.”

Disclaimer: Indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber. (*)