Penuh Makna, Film Autobiography Tunjukkan Bahayanya Kekuasaan di Tangan yang Salah
INDEKSMEDIA.ID – Film Autobiography, sangat rekomended bagi kalian pencinta genre thriller.
Film Autobiography juga sarat akan makna kehidupan.
Tak heran bila Film Autobiography mendapat banyak penghargaan.
Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari Film Autobiography ialah bahaya kekuasaan.
Film Autobiography menunjukkan dengan jelas seperti apa bahaya kekuasaan ketika berada di tangan yang salah.
Kekuasaan sangat mungkin dimanfaatkan untuk melakukan apapun yang ia kehendaki, tanpa memikirkan nilai, adab, norma, bahkan keselamatan orang lain.
Purna, yang dari luar terlihat sebagai sosok yang paling disegani, rupanya memiliki sisi lain yang tak pernah terduga oleh siapa pun –bahkan mungkin oleh orang terdekatnya.
Rakib, tak pernah menyangka bahwa upayanya untuk membawa pelaku perusak poster kampanye Purna ke hadapan lelaki tua itu akan berujung pada sesuatu yang paling mengerikan dalam hidupnya.
Meski demikian, karena sudah merasa terikat, Rakib tak bisa berbuat apa-apa.
Dia tetap terus patuh terhadap Purna. Bahkan, ketika ia memutuskan pergi dari rumah, namun tak kuasa melakukannya sebab ia telah kehilangan kemerdekaannya.
Tak hanya kehilangan kemerdekaan atas tindakan dan pikiran, ia juga bahkan kehilangan kemerdekaan atas tubuhnya sendiri, yang ditunjukkan dalam adegan di mana Rakib hanya pasrah saat Purna memandikannya.
“Saya ingin bicara bagaimana kekuasaan itu begitu sangat menakutkan ketika dia sudah sampai pada level tubuh, karena tubuh itu kan benteng kemanusiaan kita yang terakhir. Saya sendiri sebagai sutradara sangat takut mengeksploitasi tubuh aktor saya sendiri. Jadi ketika syuting, semua monitor dimatikan,” kata Makbul.
Film Autobiographybjuga menunjukkan bahwa tidak semua pelajaran yang diwariskan itu baik sehingga tak bisa kita telan mentah-mentah.
Dalam film tersebut, Purna mengajarkan Rakib banyak hal.
Bukan hanya mengajarkan bermain catur dan menembak burung, Purna juga mengajarkan Rakib tentang ajaibnya kata “maaf” yang mampu mengubah amarah menjadi hadiah.
Rakib rupanya memegang teguh pelajaran soal “maaf” itu.
Itu jugalah yang membuat dia gigih menemui pelaku perusak poster Purna dan membujuknya untuk meminta maaf pada lelaki itu.
Ketika pelaku terlihat sangat ketakutan, Rakib menenangkannya dengan kalimat yang sama seperti yang disampaikan Purna kepada dia.
Namun, Rakib lupa bahwa hadiah juga bisa terasa ‘menyedihkan’ dan ‘mengerikan’.
Tak hanya Rakib yang luput bahwa tak semua pelajaran itu baik. Purna juga demikian.
Dia tak menyadari bahwa apa yang telah ia ajarkan kepada Rakib bisa saja menjadi bumerang baginya di kemudian hari.
Purna tampaknya juga tak menyadari bahwa ketika ia mengajari Rakib, ia sebenarnya membuat autobiography dirinya dalam diri pemuda itu.
“Hubungan Rakib dan Purna ini jadi semacam bercermin satu sama lain. Ada seorang dari generasi terdahulu, sedang berusaha menulis autobiography-nya dan mewariskan sesuatu pada generasi muda, dan generasi muda ini banyak belajar dari generasi terdahulu sampai dia sadar bahwa ternyata tidak semua pelajaran itu harus ditelan mentah-mentah,” kata Makbul. (*)