OPINI: Kekeliruan Yuval Noah Harari tentang Masa Depan dalam Perspektif Mulla Sadra
INDEKSMEDIA.ID – Yuval Noah Harari, seorang sejarawan kondang, memberikan kontribusi signifikan dalam pemikiran ihwal masa depan manusia. Namun, menggunakan perspektif Mulla Sadra, ternyata diidentifikasi ada kekeliruan di dalamnya.
Mulla Sadra, seorang filsuf Islam abad ke-17, dikenal dengan kedalaman konsep ontologisnya. Dia adalah pemikir par excellence sepanjang abad pemikiran Islam, yang tidak kalah dengan pemikir-pemikir Barat, apalagi Harari.
Salah satu kekeliruan Harari, dari sudut pandang Mulla Sadra, ditemukan dalam pandangannya yang cenderung materialistik dan sekuler ihwal masa depan sejarah.
Pemikir berkebangsaan Israel itu acap kali memandang manusia sebagai entitas yang dapat direduksi secara material serta memiliki kaitan dengan teknologi.
Namun, Mulla Sadra mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk spiritualis, di mana mereka memiliki dimensi batiniah yang mendalam.
Artinya, menurut Sadra, manusia tidak dapat direduksi menjadi sekadar entitas fisik atau produk teknologi semata.
Pandangan materialistik Harari sendiri mengabaikan aspek spiritualitas dan eksistensialitas manusia yang penting dalam memahami masa depan.
Selain itu, Harari sering kali menekankan dominasi teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dalam memprediksi masa depan manusia.
Baginya, perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk pekerjaan, pemerintahan, dan bahkan sifat manusia itu sendiri.
Namun, dalam pandangan Mulla Sadra, manusia memiliki hakikat eksistensial yang unik dan tidak dapat direduksi menjadi sekadar bagian dari sistem teknologi.
Lebih jauh, Sadra justru mengajarkan pentingnya memahami dimensi batiniah dan spiritual manusia dalam menghadapi masa depan.
Kekeliruan lain Harari saat pikirannya cenderung mengabaikan aspek moral dan etika saat menyoal masa depan.
Dalam berbagai karyanya, Harari amat sering membahas kemajuan teknologi dan potensi perkembangan manusia tanpa mempertimbangkan implikasi etis yang mungkin terjadi.
Namun, Mulla Sadra mengajarkan bahwa eksistensi (keberadaan) manusia tidak terlepas dari pertimbangan moral dan etika.
Menurut Sadra, manusia memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan potensi spiritualnya dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral yang benar.
Dalam konteks masa depan, penting untuk mempertimbangkan dampak etis dari perkembangan teknologi dan memastikan bahwa manusia tidak kehilangan makna serta nilai-nilai moral dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih maju.
Selain itu, Harari cenderung melihat masa depan manusia dalam konteks evolusi teknologi dan kemajuan material.
Namun, Mulla Sadra mengajarkan bahwa manusia memiliki potensi untuk mencapai perkembangan spiritual yang mendalam.
Baginya, masa depan manusia tidak hanya terkait dengan kemajuan teknologi, tetapi juga dengan pertumbuhan dan pengembangan jiwa manusia.
Sadra menggarisbawahi pentingnya kesadaran diri, pengembangan karakter, dan peningkatan kesadaran spiritual dalam memahami masa depan.
Simpul longgar yang mesti diperlihatkan bahwa, pemikiran Yuval Noah Harari tentang masa depan, meskipun memberikan wawasan yang berharga, tetapi memiliki kekeliruan yang dapat ditinjau melalui lensa pemikiran Mulla Sadra.
Dalam pandangan Sadra, penting untuk mempertimbangkan aspek spiritual, etis, dan eksistensial dalam memahami masa depan umat manusia.
Dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih maju, manusia tidak boleh kehilangan makna dan nilai-nilai moral yang memberikan landasan bagi kehidupan yang berarti.
Dengan memadukan pemikiran Harari dan ragam konsep ontologis Mulla Sadra, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih holistik dan kaya tentang masa depan manusia yang sesungguhnya.
Penulis:
Ugha Anugrah (Mahasiswa Magister Bimbingan Konseling UNJ)