INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Bersama Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Wabup Suaib Hadiri Peringatan Isra’ Mi’raj di Malangke

Wakil bupati Luwu Utara bersama Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar menghadiri isra Mi'raj di Kecamatan Malangke, Luwu Utara. Dok : Istimewa

LUWU UTARA, INDEKSMEDIA.ID – Wakil Bupati Kabupaten Luwu Utara, Suaib Mansur, menghadiri peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Besar Muhammad Saw yang dilaksanakan Pondok Pesantren (Pontren) As’adiyah Belawa Baru, Kecamatan Malangke, belum lama ini.

Peringatan isra’ mi’raj terasa begitu spesial karena dihadiri Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, sekaligus Ketua Umum Pontren As’adiyah Pusat Sengkang, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA., Ia hadir sekaligus membawakan hikmah isra’ mi’raj.

Kehadiran mantan Wakil Menteri Agama ini disambut antusias oleh para santri dan santriwati Pontren As’adiyah Belawa Baru. Antusiasme juga dibuktikan dengan membludaknya para tamu yang hadir. Beberapa tokoh penting Luwu Utara juga hadir.

Selain Wabup Suaib Mansur, turut hadir Anggota DPRD, Wakapolres, Ketua Bawaslu, Ketua Baznas, Ketua PC NU, Ketua Muslimat NU, Ketua NWC NU, Camat Malangke, Camat Malbar, Kepala Kemenag, Ketua BKPRMI, serta para Kepala Desa Se-Kecamatan Malangke.

Tak hanya itu, Majelis Taklim Se-Luwu Utara, para Kepala Madrasah se-Luwu Utara, para Pimpinan Pontren Se-Luwu Utara, PC GP Anshor Banser, Direktur BSI Luwu Utara, Keluarga Besar BRI Luwu Utara, serta para Tokoh Masyarakat, dan Tokoh Pemuda, juga turut hadir.

Ditemui usai acara, Wabup Suaib Mansur mengatakan bahwa peringatan isra’ mi’raj Nabi Besar Muhammad Saw harus dijadikan sebagai momentum untuk mengimplementasikan segala hikmah yang terkandung di dalam peristiwa isra’ dan mi’raj Rasulullah Saw.

“Peringatan isra mi’raj Nabi Besar Muhammad Saw sepatutnya tidak hanya dijadikan sebagai kegiatan ritual keagamaan saja, tetapi hendaknya segala hikmah dari peristiwa ini harus dipahami dan diimplementasikan dalam gerak kehidupan sehari-hari,” kata Suaib.

Menurut Suaib Mansur, begitu banyak hikmah isra’ mi’raj yang masih sangat relevan dengan kehidupan kekinian.

“Semoga hikmah yang terkandung bisa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tercipta kehidupan yang lebih baik,” tandasnya.

Sebelumnya, Prof. Nasaruddin, dalam hikmah isra’ mi’raj yang dibawakannya dengan penuh penghayatan menyebutkan, banyak hikmah yang dapat dipetik umat muslim. Salah satunya, bagaimana perjuangan Rasulullah dalam melaksanakan perjalanan isra’ mi’raj.

“Alhamdulillah, pada malam yang cukup berkah ini kita hadir di sini untuk mengenang sosok mulia, teladan kita, junjungan kita, kekasih kita, Nabiullah Muhammad Saw, dalam melakukan perjalanan yang kemudian kita kenal sebagai peristiwa isra’ mi’raj,” kata Nasaruddin.

Ia pun kemudian mengajak hadirin yang hadir untuk kembali mengenang perjuangan Rasulullah Saw dalam peristiwa tersebut. Dikatakannya, di saat Nabi Muhammad Saw kehilangan orang-orang yang dicintainya, ia tetap berjuang demi umatnya, yaitu umat muslim di dunia.

Lanjut ia mengatakan, Rasulullah Saw adalah sosok manusia mulia yang senantiasa mencintai umatnya. Terbukti, kata dia, saat perjalanan mi’raj-nya hingga ke sidratil muntaha, sebuah tempat yang sangat diimpikan umat muslim, ia malah memikirkan umatnya.

“Sidratil muntaha ini kan cita-citanya hamba Allah Swt, termasuk malaikat. Apa kata Rasulullah, ummati, ummati, ummati. Aku tidak ingin menikmati sendiri sidratil muntaha. Aku akan turun sesegera mungkin ya Allah. Turunkan aku segera, ya Allah,” tutur Nasaruddin lirih.

“Apa yang Rasulullah Saw lakukan itu semuanya untuk kita. Ia rela meninggalkan kebahagiaan individunya. Itulah Nabi Muhammad Saw. Pertanyaannya, apakah kita mencintai Rasulullah?” tanya Nasaruddin yang disambut jawaban “cintaaa” oleh para tamu yang hadir.
Bahkan ada sebagian masyarakat yang hadir sampai menangis tersedu-sedu, saking cintanya terhadap Rasulullah Saw. Nasaruddin mengisahkan bahwa pernah suatu waktu Nabi Saw menangis, dan para sahabat bertanya, “kanapa engkau menangis ya Rasulullah”

“Kenapa kamu menangis tersedu-sedu?” tanya sahabat Nabi. “Tidak,” jawab Rasulullah. “Aku menangis bukan karena aku sakit, bukan karena aku menderita, dan bukan karena aku kecewa. Aku menangis karena aku merindukan kekasihku,” kembali Nasaruddin mengisahkan.

Kisah-kisah Rasulullah yang disampaikan Nasaruddin menggugah hati dan perasaan. “Salah satu mukjizat Rasulullah, mampu diperlihatkan pengalaman masa silam yang tak pernah disaksikan orang. Mampu menyaksikan pengalaman masa depan yang belum terjadi,” pungkasnya. (**)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini