INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Fakta Datu Luwu dan Wilayah Kekuasaannya yang Harus Kamu Ketahui

Istana Datu Luwu, Langkanae (Kolase/Gus Ji).

INDEKSMEDIA.ID — Luwu sebagai salah satu kerajaan tertua di Indonesia, memiliki banyak fakta menarik untuk diketahui, salah satunya adalah sistem pemerintahan di bawah kekuasaan Raja atau Datu.

1. Kepala Pemerintahan di Kerajaan Luwu adalah Datu atau Pajung.

Datu merupakan seorang arung matasa‘ (berasal dari raja yang berdarah murni) atau lahir dari keturunan raja, serta dipilih oleh dewan Hadat.

Tidak semua Datu bergelar Pajung. Mereka hanya boleh memakai gelar Pajung apabila telah menikah dengan sah serta mengikuti upacara ritual khusus. Jika tidak, maka ia hanya bergelar Datu Luwu.

2. Penguasa Luwu memiliki sikap dan prinsip yang telah ditetapkan Datu.

Sikap yang harus dimiliki oleh penguasa Luwu adalah “Iyaro Datue anrong mallinrungna tau maegaE“, artinya “Datu adalah tempat berlindungnya orang banyak.”

Selain itu “Iyapi namatinro DatuE narekko purapi namatinroe tau maegaE“, artinya “Datu Luwu akan tidur jika diyakini semua rakyatnya telah tidur.”

Sementara prinsip utama yang ditegakkan Datu Luwu adalah Adele (Keadilan), Lempu (Kejujuran), dan Tongeng (Kebenaran).

Karena sikap dan prinsip ini, maka rakyat dengan sangat ikhlas memayungi Datu agar tidak kepanasan dan kehujanan.

3. Opu Ce’nning atau Putra Mahkota

Kata Ce’nning memiliki arti manis atau disukai (diinginkan). Pada saat Datu mangkat, ia tak lantas dimakamkan sebelum pengganti Datu dinobatkan.

Penobatan harus terjadi dalam waktu 24 jam. Dengan syarat bagi seorang yang mewarisi kendali politik sebagai berikut:

Malempupi (memelihara kejujuran)
Makkeda-Tongeng’ pi (berkata benar)
Meggetteng’ pi (berpendirian teguh)
Maleleng’ pi (mawas diri)
Masempo’ pi (murah hati)
Manyameng Ininnawa’ pi (memelihara sikap peramah)
Warana’ pi (memelihara keberanian)
Temmappasilalaenge’ pi (tidak pilih kasih).

4. Lembaga Pemilih Datu

Opu Ce’nning sebelum dinobatkan menjadi Datu, sebelumnya telah ditetapkan oleh Dewan Hadat.

Hadat terbagi menjadi dua bentuk, Ade’ Sappulo Dua (Hadat dua belas) dan Ade’ AsseraE (Hadat sembilan).

Ade’ AsseraE terdiri dari:

– Opu Maddika Ponrang
– Opu Maddika Bua
– Opu Makole Baebunta
– Opu Wage
– Opu Cenrana
– Opu GoncingE
– Opu KamummuE
– Opu Lalentoro

Tiga pertama merupakan majelis tertinggi, dinamai Paggedereng macowaE (tetua hadat).

Selain itu, juga ada empat anggota terpenting dewan hadat, yaitu:

– Opu Patunru (orang petama setelah raja yang perintahnya dituruti dan ditaati)
– Opu Pabbicara dan Opu Tomarilaleng (melakukan dan mengusahakan semua urusan yang sedang berjalan)
– Opu Balirante (mengurusi pemasukan dan pakaian Datu) .

5. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Wilayah Kedatuan Luwu

Pemerintah agung di Luwu menamai dirinya Ikkeng to Ware’ (Kita orang-orang dari Ware‘), Ware‘ selalu menjadi ibukota kerajaan.

Selain pemerintah pusat, ada juga pemerintah wilayah yang disebut Ana’ TelluE atau kepala wilayah dari tiga wilayah.

Di antaranya, Maddika Ponrang (Ponrang, Bajo, Ranteballa, Suli, Larompong, dan Pitumpanua), Maddika Bua (Bua, Sangalla, Pantilang, Walenrang, Patampanua, dan Ngapa/Kolaka), dan Maddika atau Makole Baebunta (Baebunta, Rongkong, Poso, Wotu, Masamba, dan Malangke).

6. Negara bagian dan kepala wilayahnya

– Opu Palempa To Rongkong (Kepala dari Rongkong)
– Opu Palempa To Ussu’ (Kepala dari Ussu’)
– Opu Mancara Oge (Kepala dari Oge)
– Opu Macara Malili (Kepala dari Wotu)
– Opu Mancara Ngapa (Kepala dari Ngapa)
– Opu Palempa To Bentuwa (Kepala dari Bentuwa)
– Opu Palempa To Suli (Kepala dari Suli)
– Opu Maddika ri Masamba (Kepala dari Masamba)
– Opu Maddika ri Ponrang (Kepala dari Ponrang)
– Opu To Paninggowang (Kepala dari Paninggowang dan Seko)
– Opu Olang (Kepala dari Olang)
– Opu Mencara Burau (Kepala dari Burau)
– Opu Palumpa To Walenrang (Kepala dari Walenrang)
– Opu Cimpu (Kepala dari Cimpu)
– Arung Buriko (Kepala dari Buriko)
– Arung Larompong (Kepala dari Larompong).

Sumber:

Harisal A. Latief: Kedatuan Luwu dalam Lintasan Sejarah dan Budaya