Cerita Rakyat (Bagian 3), Kebijaksanaan Sawerigading
INDEKSMEDIA.ID — Peristiwa sebelumnya, pada Cerita Rakyat (Bagian 2), Keteguhan dan Kelembutan Sawerigading kepada Perempuan, Sawrigading telah mendatangi Istana La Tanete dan menemui istrinya, I We Cudai.
Karena I We Cudai dimaki oleh keluarganya lantaran dirinya tak menerima kelahiran anaknya, I La Galigo, maka muncullah Sawerigading menegur mereka semua.
“I We Cudai tidak bersalah, kalian juga tidak bersalah. Tak ada yang bersalah. Ini hanyalah takdir yang telah diputuskan oleh Sang Patoto’e di Boting Langi’,” seru Sawerigading.
Dengan mencoba bersabar dan tegar, Sawerigading meyampaikan, “izinkanlah aku membawa putraku meninggalkan Istana La Tanete ini.”
Semua kerabat dan orang-orang penting kerajaan pun meneteskan air mata mendengar pernyataan Sawerigading karena di luar perkiraan mereka.
Pada awalnya, mereka menduga Sawerigading akan murka lantaran keturunannya terus dihina.
Saat mendengar kalimat Sawerigading, hanya I We Cudai yang diam membisu tanpa reaksi apapun.
Namun, orang-orang yang memahami sifat I We Cudai mengerti bahwa dari sorotan matanya, sesungguhnya I We Cudai amat merindukan Sawerigading dan anaknya itu.
Sementara itu, saudara kembar emas Sawerigading, I We Tenriabeng di Kerajaan Langit, berkat kedewaannya ia mampu menyaksikan semua peristiwa yang terjadi di negeri Cina.
Dirinya amat sedih menyaksikan I We Cudai yang terus menghina keturunan Sang Patoto’e.
Kemudian ia mengutus Palisulangi’ didampingi oleh Ruma Makkompong dan Rukelleng Mpona serta ribuan dewa langit turun ke bumi bermaksud mengambil tembuni (plasenta) putra Sawerigading.
Saat itu, masih saja orang-orang menangis mendengar pernyataan Sawerigading yang hendak membawa anaknya jauh dari Istana La Tanete.
Tetiba saja, terdengar suara petir menggelegar. Kilat sambung-menyambung, seakan-akan ingin membakar Istana La Tanete serta seluruh kawasan negeri Cina.
Apa yang terjadi tatkala rombongan dewa langit turun di kawasan Cina saat berjumpa dengan Sawerigading?
Nantikan Cerita Rakyat selanjutnya tentang Sawerigading, I We Cudai dan I La Galigo.
Sumber:
Ensiklopedia Sejarah Tana Luwu (Idwar)
I La Galigo (Abdul Rahman)
(Aa)