Cerita Rakyat (Bagian 2), Keteguhan dan Kelembutan Sawerigading kepada Perempuan
INDEKSMEDIA.ID — Setelah mendengar keluhan I We Cudai, Puang Matowa segera menjumpai Sawerigading di Istana Mallimongang.
Mengetahui kabar I We Cudai yang resah akan kelahiran anaknya (I La Galigo), Sawerigading lalu menyampaikan pesan, “tolong jaga baik-baik keselamatan anakku, Puang Matowa.”
Puang Matowa pun segera kembali ke Istana La Tanete. Saat itu, Sawerigading mengikutinya secara diam-diam.
Tibanya Sawerigading di sana, ia mendengar teriakan I We Cudai yang terus-menerus “menghina”1 anak yang baru saja dilahirkannya.
“Aneh betul I We Cudai. Ia terus menggali-gali (banyak ulah). Bukan hanya pada saat menolakku dulu, tapi juga saat melahirkan anakku. Namun, bukankah anakku juga adalah anaknya?,” Besit dalam batin Sawerigading.
“Pokoknya, aku tak sudi menyaksikan anak itu. Jangan simpan di Istana La Tanete ini. Hanyutkan segera ke sungai, biarlah La Punna Wae (Penjaga Air) yang mengambilnya sebagai anak,” tutur I We Cudai bercampur tangis.
“Tutup mulutmu! Anak yang tak tahu diuntung!” Ujar I We Tenriabeng lantaran jengkel melihat sikap putrinya yang keras kepala.
“Bila engkau tak berhenti mengutuk keturunan Sawerigading, tunggulah azab dari Sang Patoto’e yang akan menimpa negeri Cina ini.” Saat itu juga, La Sattung Mpugi nampak jengkel dengan sikap putrinya itu
“Engkau adalah perempuan tak tahu malu, Daeng Risompa’. Apa gunanya engkau mengutuk keturunan Sawerigading, keturunan Ale Luwu, bukankah ia adalah keturunanmu juga?,” Teriak La Makkasau.
“Engkau telah melahirkan keturunan Ale Luwu, berarti engkau juga telah menerima Sawerigading tidur bersamamu. Lalu, mengapa terus mengingkarinya?” Sahut La Tenrianreng kepada adiknya itu.
Teguran kepada I We Cudai itu diam-diam didengarkan oleh Sawerigading. Dalam hatinya pun terbetik, “meski I We Cudai menyakitiku, tetapi tak kumau ada orang yang menyakitinya. Bagaimana pun ia adalah istriku, ibu dari anakku, dan hanya karena dirinya, aku bersusah payah berlayar menuju negeri Cina ini.”
Saat itu, Sawerigading pun menampakkan dirinya di Istana La Tanete secara tiba-tiba dan berbicara di depan seluruh kerabat I We Cudai.
Bersambung…
Saksikan cerita rakyat selanjutnya tentang I We Cudai, Sawerigading dan I La Galigo. (Aa)
Sumber:
1. Abdul Rahman (I La Galigo)
2. Idwar Anwar (Ensiklopedia Sejarah Luwu)