INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Peran Bissu dalam Kebudayaan Tana Luwu

Bissu (Dok.Ist)

INDEKSMEDIA.ID — Salah satu peran yang memiliki struktur nilai yang amat penting dalam kebudayaan Tana Luwu adalah Bissu.

Di antara kita mungkin banyak yang tidak mengetahui apa Bissu itu?

Bissu merupakan pendeta atau tokoh spiritual yang yang dianggap sakral bagi masyarakat Bugis maupun Luwu.

Pasalnya Bissu diyakini memiliki kemampuan untuk menghubungkan manusia dengan dunia Dewata.

Dalam bahasa Bugis, Bissu memiliki makna Bessi yang berarti bersih atau suci.

Mereka adalah lelaki yang berpenampilan seperti wanita, dan memiliki kekuatan gaib yang tidak dimiliki sembarang orang.

Disadur dari buku berjudul “Kedatuan Luwu, dalam Lintasan Sejarah dan Kebudayaan” yang ditulis Harisal A. Latif,

Ritual Manggiri oleh Bissu di Segeri Kabupaten Pangkep. Topi yang biasa dikenakan para Bissu dinamai Sigarra Sinto (Dok.Ist)

Ia menyebutkan dalam naskah I La Galigo, tidak memberikan petunjuk mengenai jenis kelamin para Bissu.

Tidak diketahui secara pasti apakah jenis kelamin Bissu sudah demikian sejak lama.

Beberapa kasus, terdapat perempuan bangsawan yang menjadi Bissu seperti We Tenriabeng (Saudara kembar Sawerigading) dan anak perempuannya bernama We Tenridio.

Maddika Bua mengatakan bahwa para Bissu tidak ingin di identifikasi sebagai laki-laki maupun perempuan.

Kepada Indeksmedia.Id Maddika Bua, Andi Syaifuddin Kaddiraja Opu To Sattiaraja, menerangkan dimana para Bissu memiliki hubungan langsung dengan Tuhan.

“Ketika ia adalah laki-laki berarti masih menginginkan perempuan. Ketika dia Perempuan berarti masih menginginkan Laki-laki,” terangnya, Jumat (14/4).

“Dulu datunna Bissu itu Segeri, ada yang namanya Puang Matoa Saidi, beliau itu hebat sekali tapi sudah meninggal,” sambung Maddika Bua.

Puang Matoa Saidi (Dok.Ist)

Unjuk kesaktian bissu salah satunya terdapat dalam tradisi Magirri’. Tradisi ini dilakukan dengan menusuk diri dengan Badik (senjata tradisional Sulawesi Selatan).

Senjata tersebut untuk menguji apakah dirinya telah dirasuki roh leluhur/Dewata yang sakti.

Apabila sang Bissu kebal dari tusukan Badik, maka ia dan roh yang merasukinya dipercaya dapat memberikan berkat kepada orang yang memintanya.

Ritual kemasukan oleh roh dalam bahasa lontara disebut dengan Asoloreng. (Cca)

Refrensi: Kedatuan Luwu, dalam Lintasan Sejarah dan kebudayaan (Harisal A. Latief: 2016)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini