Kisah Cinta Puang Patemban dan Lai’ To Bulo yang Menjadi Legenda di Peta
PALOPO, INDEKS MEDIA – Dikisahkan, ada seorang lelaki tampan bernama Puang Patemban dan seorang perempuan cantik bernama Lai’ To Bulo. Mereka adalah sepupu satu kali, yang berasal dari keluarga bangsawan. Dalam kalangan masyarakat Peta, mereka dikenal sebagai keturunan Tomakaka Peta, sebuah garis keturunan terhormat.
Puang Patemban sudah lama memendam perasaan cinta kepada Lai’ To Bulo. Budi pekerti Lai’ To Bulo yang baik dan kecantikannya membuat Puang Patemban merasa sangat tertarik. Karena itu, dia berniat untuk melamarnya. Puang Patemban pun meminta izin dari orang tuanya untuk segera mengajukan lamaran kepada Lai’ To Bulo.
Namun, meskipun Puang Patemban sangat mencintainya, Lai’ To Bulo tidak memiliki perasaan yang sama. Bagi Lai’ To Bulo, Puang Patemban hanyalah sepupu, dan hubungan mereka sebagai keluarga sangatlah dekat. Oleh karena itu, ketika Puang Patemban datang untuk melamarnya, Lai’ To Bulo menolaknya dengan berat hati. Hatinya tidak ikhlas untuk menikah dengan sepupunya itu.
Namun, karena desakan kuat dari keluarganya, terutama orang tua Lai’ To Bulo, akhirnya dia terpaksa menerima lamaran tersebut. Sebagai syarat, Lai’ To Bulo meminta sesuatu yang sangat unik dan sulit untuk dipenuhi. Dia meminta agar Puang Patemban membawa kerbau sebanyak jumlah tiang yang ada di rumahnya dan mengikatkan kerbau tersebut pada tiap tiang di rumahnya.
Jumlah tiang di rumah Lai’ To Bulo ternyata ada 40 tiang, sehingga Puang Patemban harus menyediakan 40 ekor kerbau untuk memenuhi syarat ini. Setelah mendengar syarat tersebut, orang tua Puang Patemban segera mempersiapkan segala yang diperlukan. Mereka membawa semua kerbau yang mereka miliki dan mengaraknya menuju rumah Lai’ To Bulo.
Sesampainya di rumah Lai’ To Bulo, kerbau-kerbau itu mulai diikatkan satu per satu pada tiang-tiang rumah. Setiap sapi diikat dengan tali pada lehernya, kemudian tali itu diikatkan ke setiap tiang di rumah tersebut hingga 40 ekor kerbau telah terikat dengan sempurna pada tiang-tiang yang ada. Jika ada kerbau yang tidak memiliki tiang untuk diikatkan, kerbau tersebut segera digiring kembali ke rumah orang tua Puang Patemban.
Setelah semua syarat dipenuhi, akhirnya pernikahan Puang Patemban dan Lai’ To Bulo dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Seluruh masyarakat bersuka cita merayakan pernikahan mereka yang penuh cerita ini. Sebagai bentuk perayaan, sebuah pesta meriah diadakan selama tiga bulan berturut-turut, lengkap dengan pertunjukan tari-tarian. Pesta tersebut dikenal dengan nama Tari Pa’jaga Lili Peta, yang hingga kini menjadi bagian dari tradisi masyarakat Peta.
Sumber: Linrang Mangesa (Sesepuh Adat Peta)