Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the all-in-one-seo-pack domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /home/indeksme/public_html/wp-includes/functions.php on line 6114
Erat Hubungan Sungai Bawang, Dayak Kenyah, dan Dayak Bahau - INDEKS MEDIA

INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Erat Hubungan Sungai Bawang, Dayak Kenyah, dan Dayak Bahau

INDEKSMEDIA.ID – Desa Sungai Bawang, terletak di Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memiliki daya tarik budaya yang memikat dengan hubungan erat antara suku Dayak Kenyah dan Dayak Bahau.

Desa ini juga dikenal sebagai salah satu Desa Budaya terdekat dari Bandara APT Pranoto Samarinda, menjadikannya destinasi yang mudah dijangkau bagi wisatawan yang ingin menyaksikan kekayaan budaya suku Dayak.

Desa Sungai Bawang: Desa Dua Lamin Adat

Salah satu keunikan Desa Sungai Bawang adalah keberadaan dua Lamin adat dari dua suku berbeda, yaitu Lamin adat Dayak Kenyah dan Lamin adat Dayak Bahau.

Lamin, rumah tradisional Dayak yang panjang dan megah, tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga pusat kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Dayak.

Lamin ini dihiasi dengan ukiran khas dari masing-masing suku yang mencerminkan kekayaan budaya mereka.

Lamin Dayak Kenyah, dengan ukiran yang rumit dan simbolisme kuat, merupakan representasi dari seni dan spiritualitas masyarakat suku Kenyah.

Sementara itu, Lamin Dayak Bahau menampilkan karakteristik dan motif ukiran yang berbeda, meskipun juga kental dengan makna budaya.

Kombinasi keberadaan dua Lamin ini menjadikan Desa Sungai Bawang sebagai pusat budaya yang menarik bagi pengunjung yang ingin mempelajari tradisi Dayak lebih mendalam.

Hubungan Budaya antara Dayak Kenyah dan Bahau

Suku Dayak Kenyah dan Dayak Bahau, meskipun berasal dari sub-suku yang berbeda, memiliki hubungan erat melalui sejarah dan budaya yang saling mempengaruhi.

Suku Kenyah dikenal sebagai kelompok masyarakat yang migrasi dari wilayah Apokayan ke daerah hilir, termasuk ke wilayah Sungai Bawang, akibat tekanan eksternal dan untuk mencari lahan baru.

Di sisi lain, Dayak Bahau juga mengalami perjalanan migrasi yang serupa di Kalimantan Timur.

Kedua suku ini berbagi beberapa tradisi dan ritus adat, termasuk upacara penyambutan tamu dan berbagai ritual kehidupan yang berkaitan dengan alam.
Meskipun terdapat perbedaan dalam bahasa dan beberapa adat istiadat, suku Kenyah dan Bahau saling mendukung dalam melestarikan warisan budaya yang sama.

Hal ini tercermin dalam acara-acara budaya yang sering kali melibatkan kedua suku, seperti tarian tradisional dan festival adat.

Tradisi Telingaan Aru dan Peran dalam Pariwisata

Salah satu tradisi yang sempat bertahan di Desa Sungai Bawang adalah Telingaan Aru, atau tradisi memanjangkan telinga yang menjadi simbol kecantikan bagi perempuan Dayak.

Tradisi ini menjadi ciri khas budaya Dayak Kenyah dan Bahau, di mana perempuan memperpanjang telinga mereka dengan pemberat logam, sebuah simbol status sosial dan kecantikan. Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi ini mulai ditinggalkan.

Kini, generasi muda di desa ini lebih memilih menggunakan anting tanpa pemberat sehingga telinga tidak lagi memanjang.

Keberadaan tradisi Telingaan Aru sebelumnya menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang ingin melihat langsung simbol budaya tersebut.

Sayangnya, sejak para tetua yang masih mempertahankan tradisi ini meninggal dunia, tradisi Telingaan Aru perlahan hilang, meskipun ingatan tentangnya masih hidup di tengah masyarakat setempat.

Pariwisata Budaya di Desa Sungai Bawang

Desa Sungai Bawang diresmikan sebagai Desa Budaya pada tahun 2021, dan sejak itu semakin dikenal sebagai destinasi wisata budaya di Kalimantan Timur.

Keunikan dua Lamin adat serta acara-acara budaya yang melibatkan suku Dayak Kenyah dan Bahau menjadikan desa ini tempat yang kaya akan sejarah dan tradisi.

Pengunjung yang datang akan disambut oleh tari-tarian tradisional dari kedua suku, serta kesempatan untuk belajar tentang kehidupan masyarakat Dayak, termasuk dalam hal spiritualitas, seni, dan kerajinan tangan.

Dengan infrastruktur yang semakin memadai, kunjungan ke desa ini menjadi lebih mudah, khususnya bagi mereka yang tertarik untuk menyaksikan kekayaan budaya Dayak di Kalimantan Timur.

Jarak tempuh yang hanya sekitar satu jam dari Samarinda menjadikan Sungai Bawang pilihan yang ideal bagi wisatawan yang ingin merasakan kehidupan dan tradisi Dayak secara langsung.