Sambut Bulan Suci Ramadhan dengan Tradisi Mabaca-baca, Adat Masyarakat Bugis Populer di Tana Luwu

INDEKS MEDIA – Umat Islam di seluruh dunia saat ini telah banyak disibukkan dengan rutinitas menyambut bulan suci Ramadhan. Ibadah setahun sekali ini merupakan ibadah yang mewajibkan seluruh umat muslim di belahan dunia mana pun dianjurkan untuk berpuasa.

Kendati begitu cara setiap muslim berbeda dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Ada yang menyambutnya dengan refresing bersama keluarga, kerabat dan teman dekat di tempat-tempat wisata permandian, ada pula yang menyambutnya dengan tradisi budaya turun-temurun yang diwariskan oleh para pendahulu.

Salah satu tradisi turun-temurun yang melekat pada masyarakat adalah tradisi mabaca-baca (Berdo’a). Tradisi ini menjadi tradisi rutin di kalangan masyarakat adat Bugis tidak terkecuali sebagian besar masyarakat Luwu Raya, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Dalam melaksanakan tradisi ini, warga yang ingin mabaca-baca mempersiapkan makanan khas lalu memanggil imam kampung untuk membacakan doa khusus.

Makanan yang kerap kali disajikan dalam melaksanakan tradisi ini seperti nasi putih, sokko pute (ketan putih) dan sokko bolong (ketan hitam), ayam nasu likku (ayam dengan bumbu lengkuas), Sop, Ikan bandeng masak dan bakar, udang, atau makanan laut lainnya, utti manu (pisang kepo), telur ayam kampung terdiri dari beberapa butir yang ditaruh di atas nasi/ ketan, kelapa muda (jika ada), dan air minum.

Unsur-unsur dalam mabbaca-baca ini diantaranya niat atau hajatan, orang yang berhajat, masakan yang akan dihidangkan pada saat acara mabbaca disertai dengan kappara (wadah layaknya piring besar) , pabbaca, baca-baca, doa bersama dan makan bersama.

Sekedar untuk diketahui, tradisi ini tidak hanya ada pada saat penyambutan bulan suci Ramadhan, namun pada acara syukuran lainnya pun tradisi ini juga kerap dilakukan seperti mensyukuri nikmat memperoleh barang baru seperti kendaraan.

Lalu bagaimanan menurut pandangan Islam terkait tradisi mabaca-baca, berikut Dalilnya:

Riwayat Imam Ahmad dan An-Nasa’i mengabarkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW juga mengekspresikan kegembiraannya kepada para sahabat perihal kedatangan bulan suci Ramadhan sebagaimana dikutip berikut ini:

Artinya, “Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan sebagaimana riwayat Imam Ahmad dan An-Nasai dari Abu Hurairah RA. Ia menceritakan bahwa Rasulullah memberikan kabar gembira atas kedatangan bulan Ramadhan dengan sabdanya, ‘Bulan Ramadhan telah mendatangi kalian, sebuah bulan penuh berkah di mana kalian diwajibkan berpuasa di dalamnya, sebuah bulan di mana pintu langit dibuka, pintu neraka Jahim ditutup, setan-setan diikat, dan sebuah bulan di mana di dalamnya terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang luput dari kebaikannya, maka ia telah luput dari kebaikan yang banyak,’” (Lihat Az-Zarqani, Syarah Az-Zarqani alal Mawahibil Ladunniyah bil Minahil Muhammadiyyah, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 1996 M/1417 H], juz XI, halaman 222).