Gelar Diseminasi, WALHI Sulsel Sebut Nilai Valuasi Ekonomi Kawasan Tanamalia yang akan Ditambang PT Vale Sebesar Rp 3,6 Triliun per Tahun

INDEKSMEDIA.ID – WALHI Sulawesi Selatan bersama dengan BEM Pertanian UNISMUH gelar Diseminasi dan Peluncuran Hasil Riset ‘Lumbung Merica Nusantara di Tengah Perluasan Pertambangan Nikel: Etnografi Perkebunan dan Valuasi Ekonomi Tanamalia, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan’.

Kegiatan itu berlangsung di lantai 2 menara Iqra Aula Unismuh Business Center (UBC), Unismuh Makassar, 29 September 2023

Diseminasi dan Peluncuran Hasil riset ini menghadirkan empat narasumber yakni Dr.Ir.Irma Sribianti, S.Hut.,M.P.,IPM sebagai Akademisi Universitas Muhammadiyah Makassar, Nurul Fitriany A Kabid Perkebunan Dinas TPHBun Prov SulSel, Ali Kamri Perwakilan Petani Loeha Raya, dan Slamet Riadi Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI Sulawesi Selatan.

Setelah acara pembukaan, Slamet Riadi mulai mempresentasikan temuan-temuan riset WALHI Sulawesi Selatan dengan menjelaskan bahwa riset melalui pendekatan etnografi dan valuasi ekonomi ini sangat penting dilakukan utamanya dalam kerangka riset aksi untuk perubahan kebijakan karena dalam riset ini memunculkan deskriptif yang mendalam yang didukung dengan angka-angka.

“Dari temuan kami, Saat ini kawasan Tanamalia terdiri dari 3 areal penggunaan lahan yakni Kawasan Hutan sebesar 53%, Perkebunan Merica 9%, dan Konsesi PT Vale Indonesia sebesar 38%. Terkhusus untuk perkebunan merica, sektor ini menyerap tenaga kerja sebesar 3.342 Petani, 10.026 Buruh Tani, 15 orang penjual pupuk, 37 pembeli merica, dan 52 supir,” ujarnya.

Selain itu, Kepala Departemen Riset dan Keterlibatan Publik WALHI Sulawesi Selatan ini juga menjelaskan bahwa dari hasil perhitungan nilai ekonomi total (valuasi ekonomi) Tanamalia yang saat ini masuk wilayah konsesi pertambangan nikel PT Vale Indonesia angkanya mencapai Rp 3,6 Triliun.

“Coba bayangkan, lahan yang akan ditambang oleh PT Vale Indonesia itu punya nilai dan jasa ekosistem sebesar 3,6 Triliun per tahun. Inilah yang membuat masyarakat tegas menolak kehadiran perusahaan di Tanamalia. Makanya kami menemukan angka sekitar 83% Masyarakat Loeha Raya menolak tambang, masih bingung sekitar 10%, dan menerima tambang hanya 7%,” ucap Slamet memaparkan hasil riset dan temuan WALHI Sulawesi Selatan

Setelah Slamet Riadi, pembicaranya selanjutnya ialah perwakilan dari Dinas TPHBun Prov SulSel yakni Nurul Fitriany A yang menyampaikan bahwa temuan riset ini sangat baik untuk pengembangan produksi merica di Sulawesi Selatan.

“Melalui kegiatan ini, saya kira saatnya kita semua memikirkan bagaimana mengembalikan kejayaan tanaman merica atau lada Indonesia seperti waktu dulu”, ujarnya.

Pembicara selanjutnya ialah Dr.Ir.Irma Sribianti, S.Hut.,M.P.,IPM sebagai Akademisi dan Ahli Valuasi Ekonomi yang menjelaskan bahwa kami sangat mengapresiasi riset valuasi yang dilakukan oleh WALHI Sulawesi Selatan.

“Riset ini tentu sangat baik. Karena kajian valuasi ekonomi itu beda dengan kajian AMDAL. Kajian Valuasi Ekonomi dapat digunakan untuk menilai angka dari suatu barang dan jasa. Tidak hanya itu, riset seperti ini juga sangat cocok dijadikan bahan atau evaluasi kebijakan di level pemerintah”, kuncinya.

Adapun pembicara terakhir dalam kegiatan ini yakni Ali Kamri Perwakilan Petani Loeha Raya. Dalam penjelasannya Ali Kamri menyebutkan bahwa masyarakat Loeha Raya telah berhasil mengubah kehidupan mereka dan sudah sejahtera dengan merica.

“Kami sudah sejahtera karena merica, maka seharusnya pemerintah melihat itu dan tidak memberi izin kepada PT Vale Indonesia untuk mengambil perkebunan yang telah lama kami olah”, ujarnya.

Tidak hanya itu, Ali Kamri juga menitipkan pesan kepada Presiden Jokowi dan para pemilik saham PT Vale Indonesia untuk menghapus konsesi pertambangan PT Vale Indonesia di Tanamalia karena akan sangat merugikan perekonomian masyarakat dan lingkungan di Loeha Raya. (*)