INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Lebih dari Sekadar Tas, Ini Arti Noken Bagi Masyarakat Papua

Para ibu di Papua membuat Noken. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia)

INDEKSMEDI.ID – Noken Papua adalah hasil daya cipta, rasa dan karsa yang dimiliki masyarakat Papua.

Noken memiliki bentuk dan fungsi seperti tas pada umumnya, meskipun demikian masyarakat Papua sendiri tidak menyebut (menganggap) Noken sebagai tas.

Bagi masyarakat Papua, Noken memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan tas yang diproduksi pabrik, baik secara bahan, jenis, model maupun bentuknya.

Untuk itu, masyarakat Papua memiliki pengertian sendiri mengenai noken. Noken bisa diartikan sebagai:

– Noken adalah tempat (wadah) yang dirajut dan dianyam dari pohon atau daun yang kadang diwarnai dan diberi berbagai hiasan termasuk pewarna demi memenuhi kepuasan batin perajin dan terutama penggemarnya.

– Noken adalah kerajinan tangan yang berasal dari hampir semua suku bangsa di Papua yang diwariskan sebagai unsur budaya tak benda. Dalam kehidupan sehari-hari Noken digunakan untuk mengisi, menyimpan, dan membawa barang kebutuhan sehari-hari.

– Noken secara umum adalah tempat membawa atau menyimpan semua barang berupa tas rajutan dan anyaman tangan.

– Noken adalah tempat untuk menyimpan barang pribadi, karena dengan melihat isinya, maka orang sudah mengetahui siapa pemilik noken tersebut.

– Noken adalah kerajinan tangan masyarakat adat tanah Papua yang merupakan warisan leluhur yang masih ada hingga sekarang.

Kehidupan masyarakat Papua tidak terlepas dari Noken. Kemanapun masyarakat Papua pergi, Noken selalu dibawa seperti dalam kehidupan sehari-hari di rumah, ke kebun, maupun ke laut.

Noken memiliki beberapa sebutan yang sesuai dengan dimana daerah Noken itu berkembang, contohnya di Hugula Noken disebut dengan Su; Dani disebut dengan Jum; Yali disebut Sum; Biak disebut dengan Inoken/Inokenson; Mee disebut dengan Agia; Asmat disebut dengan Ese; lrarutu disebut Dump, dan lain sebagainya.

Keberadaan noken di tanah Papua sudah ada sejak bertahun-tahun lamanya. Ada 250-an suku di Papua yang mengenal dan mengenakan noken dalam kehidupan sehari-hari.

Noken pun menjadi sebuah kebudayaan yang terus dipakai secara turun temurun, sehingga tidak diketahui secara jelas bagaimana noken berkembang di Papua.

Berbagai informasi menyebutkan bahwa sejak dahulu noken juga digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari.

Fungsi noken sehari-hari tersebut adalah untuk membawa hasil kebun, hasil laut, kayu, bayi, hewan kecil, barang belanjaan, uang, sirih, makanan, buku dan lain sebagainya. Noken juga dapat dipakai sebagai tutup kepala atau badan.

Sejarah panjang noken mendorong tumbuhnya hubungan antara noken dan pandangan hidup orang Papua seperti sikap kemandirian orang Papua, dan kebiasaan tolong menolong (Pekei, Wawancara, ibid).

Noken dimaknai juga sebagai “rumah berjalan” berisi segala kebutuhan (Tekege, Mikael, Pastor, Wawancara, Epouto, 11/2/11).

Disamping itu, noken dianggap sebagai simbol kesuburan perempuan, kehidupan yang baik, dan perdamaian. Di berbagai suku di Papua noken menunjukkan status social pemakainya.

Orang terkemuka dalam masyarakat, misalnya kepala suku, kadang-kadang memakai noken dengan pola dan hiasan khusus.

Noken umumnya dibuat oleh wanita atau mama-mama Papua yang rata-rata sudah berusia lanjut, yang disebut dengan “Mama Noken”, namun ada pula Noken yang dikerjakan oleh kaum laki-laki yaitu di daerah Suku Mee dan dinamakan Meuwodide (“bapak-bapak Papua di daerah Suku Mee). (*)