Mengenal Sejarah Barong, Karakter Seni Pertunjukan di Bali

INDEKSMEDIA.ID – Berdasarkan sejarah, abad XVI terutama pada pemerintahan Dalem Waturenggong masa seni budaya Bali mencapai puncak keemasannya.

Hal ini terbukti dari adanya relief boma (wujud tapel barong ket) di Bali dan penyelidikan secara filologi terhadap data-data berupa kata-kata banas pati, calonarang dan yang lainnya.

Atau mungkin saja Barong mulai ada di Bali bersamaan dengan masuknya agama Budha di Bali atau masuknya pengaruh Cina di Bali atau bisa saja barong memang asli lahir di Bali dan hanya mengambil anasir-anasir dari luar.

Data dalam sejarah yang turut memberikan gambaran lain adalah ketika raja Jayapangus memperistri seorang wanita Cina kemungkinan dalam perkawinan tersebut wanita Cina itu membawa kebudayaannya ke Bali sehingga ketika raja dan permaisuri dari Cina tersebut meninggal, rakyat Bali membuatkan simbol barong landung.

Barong landung wanita disebutkan memakai long dress. Pakaian longdress ini membuktikan adanya pengaruh kuat budaya Cina.

Pengaruh kebudayaan Cina ini dilekatkan dengan ajaran atau filsafat kehidupan masyarakat Bali sebagai ajaran rwa bineda.

Secara etimologi kata barong berasal dari bahasa Sansekerta yaitu bharwang yang di dalam bahasa Indonesia berarti beruang yaitu sejenis binatang yang hidup di daerah Asia, Amerika dan Eropa.

Dalam kehidupan di Bali, beruang hampir tidak pernah kita dengar dan jumpai. Istilah beruang untuk mengidentifikasi wujud barong merupakan mahluk mitologi yang sering kita jumpai dalam cerita tantri dan calonarang.

Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa semua jenis pertunjukan yang akan menggunakan barong sama sekali tidak sesuai dengan apa yang sesungguhnya dimaksud dengan perkataan barong malahan beberapa jenis pertunjukan sama sekali tidak ada unsur binatangnya juga disebut barong.

Ada juga pendapat yang mengatakan kata barong berasal dari kata baruang. Di dalam bahasa Indonesia huruf u dan a berasimilasi menjadi o sehingga ru dan ang menjadi rong yang berarti dua.

Rong mengandung makna ruang, jadi dua rong yang dimaksud adalah dua ruang.

Pengertian ini bisa diterima karena pada umumnya barong mempunyai dua ruang sebagai tempat penarinya, kecuali jenis barong blas-blasan dan barong landung.

Bahkan barong sering dipelesetkan menjadi bareng-bareng yang di dalam bahasa Indonesia berarti bersama-sama.

Asumsi seperti ini didasarkan pada kenyataan bahwa barong yang berwujud manusia, raksasa maupun binatang dalam penampilannya tidak dapat dipisahkan dari partisipasi pendukungnya yang terdiri dari banyak orang, baik itu barong sakral maupun yang profan.

Bertitik tolak dari pengertian tersebut di atas, secara umum wujud barong mengambil wujud binatang.

Apabila kemudian ditemukan wujudnya yang lain merupakan kreasi seniman sangging dan masyarakat pendukungnya.

Sampai saat ini tidak ada data pasti tentang asal kebudayaan barong yang populer di kalangan masyarakat.

Hal yang pasti adalah barong tidak hanya ada di Bali tetapi dikenal juga di Cina dan Jepang yang dibawa masuk ke Indonesia ketika kerajaan besar yang beragama Budha yang berasal dari kedua negara.

Barong ada kemungkinan berasal dari unsur kebudayaan luar apalagi kenyataan tersebut dihubungkan dengan sejarah dimana kebudayaan Bali (Hindu) banyak menerima pengaruh kebudayaan asing terutama kebudayaan India dan Cina.

Istilah barong yang kita kenal saat ini berasal dari bahasa Sansekerta. Walaupun tidak ada data yang pasti yang menyebutkan barong dibawa dari India atau Cina.

Terlepas dari kuat tidaknya pengaruh luar terhadap barong yang berkembang di Bali, sebuah barong lahir dari kreasi seni masyarakat penyungsungnya.

Ada keinginan dan gerakan moral dari umat dalam merefleksikan keyakinannya melalui wujud barong. (*)