Mengenal Baju Bodo, Pakaian Tradisional Makassar, Busana Tertua di Dunia

INDEKSMEDIA.ID Chaos dalam masyarakat Makassar yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan di Kerajaan Gowa, maka tiba-tiba datanglah seorang perempuan yang dipercaya turun dari langit.

Perempuan ini mengenakan pakaian dan sarung yang halus yang terbuat dari sutra yang menutupi tubuhnya.

Perempuan itu kemudian diberi nama Tomanurung (orang yang turun dari langit) yang menenangkan suasana kacau balau tersebut.

Setelah suasana menjadi tenang Tomanurung kemudian dinobatkan secara aklamasi menjadi Raja Gowa yang pertama.

Selain sebagai raja yang pertama, Tomanurung juga mengajarkan berbagai tata kehidupan, bernegara, dan bermasyarakat.

Pakaian yang dikenakannya cukup sederhana karena hanya berbentuk segi empat dengan dihiasi pernak pernik.

Pakaian inilah kemudian dikenal dengan sebutan baju bodo yang berarti baju pendek. Disebut demikian karena baju ini memiliki lengan yang sangat pendek.

Lengan tersebut bahkan tidak dibuat secara khusus namun merupakan bagian dari proses pelipatan kain ketika dikenakan menjadi baju.

Baju Bodo adalah salah satu pakaian adat Makassar yang dikenakan oleh kaum wanita. Pakaian ini menjadi busana yang kerap digunakan dalam berbagai acara-acara adat dan pernikahan.

Sebagaimana disebutkan dari laman Universitas Binus, nama Baju Bodo merupakan penamaan di wilayah Makassar. Sementara dalam bahasa Bugis dinamakan dengan Waju Ponco.

Nama “bodo” atau “ponco” itu sendiri memiliki arti “pendek”. Hal ini karena baju ini memang memiliki lengan yang pendek.

Menariknya, baju bodo ini disebut-sebut sebagai salah satu busana tertua di dunia. Dikutip dari jurnal IAIN Parepare, baju bodo sudah dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan sejak abad IX. Masuknya bangsa asing di Indonesia, pun turut membawa perubahan pada bentuk baju bodo hingga akhirnya menjadi bentuk seperti sekarang.

Sesuai namanya, baju bodo memiliki ukuran yang pendek. Selain itu lengannya juga pendek hanya setengah lengan atas. Adapun bentuknya menyerupai persegi seperti balon.

Dahulu, baju bodo ini dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan aurat. Untuk menutupi bagian pinggang ke bawah baju ini dipadukan dengan sehelai kain sarung.

Setelah masuknya Islam di Kota Makassar, baju bodo pun mengalami perubahan. Untuk menutupi aurat bagian dada baju ini biasanya dikenakan baju dalaman yang serasi dengan warna Baju Bodo itu sendiri.

Sedangkan pakaian bawahannya tetap menggunakan kain sarung sutra dengan warna yang senada.

Pada zaman dahulu baju bodo ini tidak bisa digunakan sembarangan. Semua harus mengikuti aturan adat yang ditetapkan.

Contohnya, penggunaan baju bodo diatur berdasarkan panjang bajunya. Dengan aturan, baju Bodo yang berukuran pendek sampai pinggang biasanya dipakai oleh anak gadis, penari dan pengantin. Sementara baju bodo yang memiliki ukuran panjang hingga ke betis, umumnya digunakan oleh orang dewasa.

Selain itu penggunaan baju bodo juga diatur berdasarkan warnanya. Warna-warna tersebut nantinya akan menjadi simbol identitas usia dan status sosial si pemakai.

Contohnya, Baju Bodo warna jingga biasanya digunakan oleh anak yang berusia di bawah 10 tahun. Warna Merah diperuntukkan untuk gadis remaja usia 17-25 tahun.

Baju bodo berwarna putih biasanya dipakai oleh perempuan dari kelas bawah atau masyarakat awam. Sementara kaum bangsawan menggunakan warna hijau. Adapun warna ungu untuk para perempuan janda.

Namun di zaman sekarang ini, aturan penggunaan baju bodo tersebut sudah terabaikan. Orang-orang menggunakan baju bodo dengan ukuran dan warna sesuai minat dan selera masing-masing.

Penggunaan baju bodo oleh masyarakat Makassar dan Sulawesi Selatan memiliki sejarah panjang. Bahkan baju ini disebut sebagai salah satu busana tertua di dunia.

Disebutkan dalam jurnal IAIN Parepare, bahwa sejarah baju bodo dimulai sejak pertengahan abad IX. Pada zaman dahulu baju ini sudah sering digunakan di dalam acara adat serta menghadiri pesta pernikahan oleh masyarakat Bugis-Makassar.

Bahan dasar baju bodo ini dibuat dari kain muslin, yaitu kain hasil tenunan benang katun. Kain ini digunakan menyesuaikan dengan iklim di daerah tropis karena memiliki rongga dan kerapatan benang yang renggang. Jenis kain ini pertama kali dibuat dan diperdagangkan di Kota Dhaka, Bangladesh pada abad IX.

Sejak saat itu masyarakat Sulawesi Selatan sudah mengenal dan mengenakan jenis kain muslin ini. Sementara bangsa Eropa baru mengenal kain ini pada abad XVII.

Orang Makassar menyebut busana yang terbuat dari kain muslin ini sebagai baju bodo. Tradisi penggunaan baju bodo ini pun diwariskan turun-temurun oleh masyarakat suku Bugis-Makassar dan masih dilestarikan hingga saat ini. (*)