Mengenal Baayun Maulud, Upacara Tradisional Masyarakat Suku Banjar

INDEKSMEDIA.ID – Masyarakat Suku Banjar yang mendiami daerah Kalimantan Selatan dikenal sebagai kelompok suku yang berkehidupan religius.

Meskipun demikian, urang Banjar juga masih memegang teguh tradisi dan adat-istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang, terutama terlihat pada masyarakat yang hidup di pedalaman.

Penerapan adat-istiadat tersebut, misalnya, terlihat pada tahapan siklus kehidupan urang Banjar (dan juga Dayak) yang dahulu menganut ajaran kepercayaan Kaharingan dengan pola hidup yang berdasarkan keyakinan kepada ajaran nenek moyang.

Seiring dengan masuk dan berkembangnya ajaran agama Islam dalam kehidupan orang Banjar, maka terjadilah proses akulturasi antara ajaran yang dibawa oleh para penyebar agama Islam dengan kebudayaan lokal yang sudah ada sebelumnya, salah satunya mewujud dalam penyelenggaraan upacara Baayun Mulud atau Baayun Anak.

Upacara Baayun Mulud/Baayun Anak termasuk ke dalam upacara yang ditujukan untuk anak-anak menjelang dewasa, tepatnya ketika usia si anak antara 0-5 tahun.

Baayun Mulud terdiri dari dua kata, yaitu baayun dan mulud. Kata Baayun berarti melakukan aktivitas ayunan/buaian.

Aktivitas mengayun bayi biasanya dilakukan oleh seseorang untuk menidurkan anaknya. Dengan diayun-ayun, seorang bayi akan merasa nyaman sehingga ia akan dapat tidur dengan lelap.

Sedangkan kata mulud (dari bahasa Arab maulud) merupakan ungkapan masyarakat Arab untuk peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian, kata Baayun Mulud mempunyai arti sebuah kegiatan mengayun anak (bayi) sebagai ungkapan syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW sang pembawa rahmat bagi sekalian alam.

Perlengkapan yang wajib disiapkan pada upacara ini adalah ayunan yang dibuat tiga lapis, dengan kain sarigading (sasirangan) pada lapisan pertama, kain kuning pada lapisan kedua dan kain bahalai (sarung panjang tanpa sambungan) pada lapisan ketiga. Tali ayunan dipenuhi hiasan dari janur, berbentuk burung-burungan, ular-ularan, katupat bangsur, halilipan, kambang sarai, hiasan dari wadai 41 seperti cucur, cincin, pisang, nyiur dan lain-lain.

Orang tua yang melaksanakan Ba-Ayun ini diharuskan menyiapkan piduduk, yaitu sebuah sasanggan yang diisi beras, gula habang, nyiur, hintalu hayam, banang, jarum, uyah dan binggul (uang receh).

Ritual dimulai dengan membaca syair Maulid Al Habsy, Maulid Ad Diba’i atau Maulid Al Barzanji. Anak-anak yang akan diayun dalam upacara tersebut, baru dibawa ke tempat ayunannya menjelang tibanya pembacaan Asyrakal dan si anak langsung dimasukkan ke dalam ayunan yang telah disediakan.

Tepat pada saat pembacaan Asyrakal, anak yang ada dalam ayunan diayun secara perlahan, yakni dengan menarik selendang yang diikat pada ayunan tersebut.

Maksud diayun pada saat itu adalah untuk mengambil berkah atas keluhuran dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW. Dilanjutkan dengan pembacaan Manakib Wali Allah, ceramah agama dan ditutup dengan do’a.

Kemudian para Habib, Ulama dan umara menapung tawari (memberkati) peserta Ba-Ayun Anak, diiringi pembacaan Sholawat Badar. Upacara Baayun Mulud diselenggarakan pada pagi hari dimulai pukul 10.00 bertempatan dengan tanggal 12 Rabiul awal (hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW).

Tempat pelaksanaannya tidak sembarangan. Bertempat di Mesjid, membuat ritual ini menjadi luar biasa. Dengan maksud agar anak senantiasa sehat, cerdas, berbakti kepada orang tua dan taat beragama, sangat kontras dengan tempatnya yang dikeramatkan.

Menjadikan ritual ini bukan sekedar ramai, tapi juga sakral dan suci. Baayun Mulud yang dilaksanakan setiap tahun secara massal merupakan pencerminan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan. (*)