Mengenal Aum Tandur dan Aum Panen, Ritual Tradisional Warga Warangan Usai Tanam dan Panen Padi

INDEKSMEDIA.ID – Aum tandur dan Aum panen merupakan kegiatan ritual yang rutin dilakukan oleh masyarakat Dusun Warangan.

Aum tandur dilakukan setelah tanaman padi milik seluruh warga Warangan selesai ditanam, sedang Aum panen dilakukan setelah tanaman padi milik warga Warangan selesai dipanen.

Ada ketentuan untuk melakukan kedua kegiatan tersebut harus memilih hari Kamis Wage atau Sabtu Wage.

Selain itu ada pantangan bahwa untuk melakukan kedua kegiatan tersebut tidak boleh pada bulan Suro, Mulud, Romadhon, dan Dulkaidah.

Apabila perhitungan untuk melaksanakan kedua kegiatan tersebut bertepatan bulan pantangan maka pelaksanaannya ditunda bulan berikutnya.

Aum tandur dan Aum panen disertai pertunjukan wayang kulit. Melestarikan budaya leluhur memang wajib kita lakukan.

Tujuannya, di samping agar budaya itu bisa hidup sepanjang masa di tengah serbuan kesenian asing lewat berbagai media, juga untuk menghormati nilai budaya para leluhur yang tinggi.

Seperti tradisi aum tandur yang dilakukan warga Dusun Warangan, Desa Muneng Warangan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang yang digelar setiap petani di dusun itu selesai menanam padi.

”Ini tradisi leluhur dan sudah dilaksanakan turun-temurun. Demikian pula saat panen tiba, warga dusun menyelenggarakan tradisi aum panen,” ungkap sesepuh Dusun Warangan, Suparmo (70).

Inti kegiatan itu memohon kepada Dewi Sri yang merupakan dewi kemakmuran agar memberi berkah kepada bibit padi yang baru ditanam para petani.

Harapannya, benih itu bisa tumbuh subur dan hasilnya melimpah. Selain itu dibebaskan dari berbagai serangan hama.

Suparmo menceritakan, acara itu digelar setiap musim tanam pada Sabtu Wage. Setiap warga Dusun Warangan yang berjumlah 149 keluarga, masing-masing membuat tumpeng yang dilengkapi ingkung (ayam panggang-Red) dan jajan pasar.

Tumpeng itu dikumpulkan di rumah Kadus Warangan, Wandi, kemudian dilanjutkan kenduri.

Seusai kenduri, isi tumpeng diambil sedikit termasuk ingkung dan jajan pasar, selanjutnya diletakkan di sudut sawah masing-masing. Itu sebagai sesaji untuk dewi kemakmuran. Adapun sisa tumpeng dimakan bersama-sama semua warga dusun.

Siang itu juga digelar pertunjukan wayang kulit dan harus rampung sebelum waktu magrib tiba. Dalangnya adalah Jumbuh Siswanto, warga Kecamatan Pakis, yang juga merupakan dalang turun-temurun untuk kegiatan tradisi tersebut.

Lakonnya juga khusus, yaitu “Sri Mulih”, yang menceritakan datangnya Dewi Sri ke sawah dengan membawa kemakmuran. Berbeda dari biasanya, dalang seusai pentas dibayar dengan uang, pada acara itu dalang Jumbuh Siswanto tidak boleh menerima uang.

Dia dibayar dengan beras. Karena itu, setiap keluarga jauh hari sebelumnya harus menyetorkan beras kepada Kadus yang kemudian diserahkan kepada sang dalang.

”Beras juga harus diserahkan ke dalang beberapa hari sebelumnya, tidak boleh sesudah wayang digelar,” ujarnya. Nanti setelah panen warga juga melaksanakan tradisi aum panen, dengan nanggap wayang kulit.

Dalangnya juga sama harus turun-temurun, hanya ceritanya yang berbeda. Yaitu ungkapan terima kasih karena hasil panennya melimpah.

Perbedaan lainnya, pertunjukan wayang seperti lazimnya dilaksanakan semalam suntuk. Suparmo menerangkan, selama tradisi itu dilaksanakan hasil panen selalu baik dan hama tanaman yang menyerang tidak begitu banyak.

Dengan demikian, petani masih bisa menikmati hasilnya. Memang pernah beberapa puluh tahun lalu warga tidak menggelar tradisi tu, namun hasil panennya tetap baik.

Para kepala keluarga dalam rangka Aum tandur mempersiapkan kenduri untuk dua kali yaitu kenduri untuk sore hari sekitar pukul 19.00 dan untuk kenduri pagi hari (hari H) sekitar pukul 07.00.

Perlengkapan kenduri untuk sore hari. dan untuk pagi hari ujudnya sama. Khusus bagi kepala dusun (bayan) selain menyediakan perlengkapan kenduri yang sama dengan para warga yaitu untuk sore hari serta membuat lagi untuk pagi hari.

Kenduri dipusatkan di rumah bayan. Kaum dusun bertindak sebagai juru bicara pada saat para warga kenduri sore hari dan pagi hari.

Selain itu kaum juga bertugas mengucapkan doa untuk perlengkapan khusus sore hari dan perlengkapan khusus pagi hari.

Pada saat melaksanakan tugas kaum mengucapkan doa yang cukup panjang. Selain itu bayan juga memberi sambutan sebelum saat kenduri untuk para warga pada pagi hari.

Setelah kenduri berakhir para warga lalu pulang membawa perlengkapan kendurinya. Sampai di rumah perlengkapan kenduri tersebut disisihkan sebagian kecil untuk di bawa ke sawah.

Pertunjukan wayang kulit dimulai sekitar pukul 10.00 hingga sore hari. Dalam rangka Aum panen para kepala keluarga juga menyiapkan perlengkapan kenduri yang ujud dan caranya sama dengan ketika menyelenggarakan Aum tandur.

Demikian pula bayan juga menyediakan perlengkapan khusus seperti ketika Aum tandur. Kaum dalam melaksanakan tugas caranya sama dengan ketika aum tandur.

Pada kesempatan ini kepala dusun juga menyampaikan sambutan. Khusus saat aum panen pertunjukan wayang kulit dilakukan dua tahap.

Siang pertunjukan wayang kulit dilaksanakan seperti waktu aum tandur, kemudian pada malam harinya pertunjukan wayang kulit dilanjutkan hingga menjelang pagi. (*)