Mengenal Tradisi Mane’e di Kepulauan Talaud Sulawesi Utara
INDEKSMEDIA.ID – Mane’e atau penangkapan ikan bersama bagi masyarakat kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, telah berlangsung sejak lama.
Menurut penuturan masyarakat, tradisi Mane’e dimulai sekitar abad ke-16.
Sejarahnya berawal ketika terjadi gempa bumi dan badai gelombang besar (Tsunami), yang melanda daerah kepulauan Talaud, mengakibatkan ada daratan yang tenggelam dan banyak harta kekayaan penduduk musnah.
Mulai saat itu hidup masyarakat dari hari kehari sangatlah memprihatinkan. Dengan penuh ketabahan dan keuletan mereka menantang derita yang dialami.
Pada suatu ketika datanglah dua orang yang identitasnya tidak diketahui di daerah perairan laut Kepulauan Talaud.
Perawakan dua orang tersebut sangatlah berbeda dengan penduduk setempat.
Kedua orang ini tinggal dan menetap di salah satu pulau sebelah timur pulau Kakorotan salah satu pulau yang ada di kepulauan Talaud.
Pada suatu hari, keduanya turun ke laut mengambil tempat masing-masing membagi arah yang berlawanan.
Masing-masing mereka memegang daun-daunan yang cukup banyak yang telah dililit dengan tali.
Sambil perlahan maju selangkah demi selangkah daun-daun tersebut digerak-gerakan pada arah yang sama dari arah laut ke darat.
Setelah air surut, nampaklah berbagai jenis ikan terkumpul dan menggelepar di atas nyare (karang yang tidak terendam air laut).
Ikan-ikan dengan berbagai jenis terperangkap tak berdaya dan ditangkap dengan mudahnya oleh kedua orang asing itu.
Peristiwa itu disaksikan oleh masyarakat yang tinggal di kepulauan Nanusa, sehingga mereka menemui kedua orang yang tidak dikenal untuk meminta petunjuk.
Dengan rasa bersahabat kedua orang asing tersebut memberi petunjuk serta menyerahkan alat-alat yang digunakan saat melakukan penangkapan ikan.
Menjelang matahari terbenam kedua orang asing pergi meninggalkan daerah itu dan tidak pernah kembali lagi.
Mulai saat itu penduduk setempat mempraktekan apa yang pernah dilakukan oleh orang yang tak dikenal dan merekapun memperoleh hasil tangkapan ikan yang banyak.
Kebiasaan ini dilakukan pada setiap tahun biasanya jatuh pada bulan Mei atau Juni dan telah berlangsung sejak dahulu sampai saat ini, sehingga pemerintah kabupaten berupaya mengangkat tradisi ini menjadi salah satu objek wisata.
Lokasi Mane’e yang dipilih dan ditetapkan oleh pemerintah daerah terdapat di desa Kakorotan.
Kegiatan menangkap ikan bersama dalam tradisi Mane’e melewati 9 tahap, yaitu:
1. Maraca Pundangi (memotong tali hutan)
2. Mangolom para (permohonan kepada Tuhan)
3. Matuda Tampa Pane’e (menuju lokasi upacara)
4. Mamabi u sammi (membuat alat)
5. Mamoto u sammi (menebar sammi)
6. Mamole u sammi (menarik sammi ke darat)
7. Mangunu i na (mengambil hasil). (*)