Merasa Belum Merdeka dari Ancaman Pertambangan, Wanita Loeha Raya Deklarasikan Diri Siap Berjuang

INDEKSMEDIA.ID – Momentum 17 Agustus setiap tahunnya selalu dirayakan sebagai hari Kemerdakaan Indonesia dari segala bentuk penjajahan yang menindas ibu pertiwi dan rakyatnya.

Namun berbeda dengan masyarakat Loeha Raya terkhusus kaum perempuan. Mereka kini merasa tidak sepenuhnya merdeka sebab ancaman kemiskinan oleh PT Vale Indonesia mengancam kebun mereka untuk dieksploitasi menjadi pertambangan nikel.

Maka atas dasar itu perempuan Loeha Raya berkumpul dan berinisiatif untuk mendeklarasikan perkumpulan mereka sebagai bentuk persatuan dalam mempertahankan wilayah hidup mereka dan keluarganya sebagai petani merica.

“Hari kemerdekaan Republik Indonesia tahun ini menjadi waktu yang tepat untuk mendeklarasikan perkumpulan kami sebagai perempuan Loeha Raya yang berjuang atas dasar hak mempertahankan wilayah perkebunan kami dari ancaman pertambangan nikel di Loeha Raya,” tutur Hasna salah satu Pejuang Perempuan Loeha Raya.

Mereka berharap bahwa kemerdekaan tidak hanya segelintir orang yang merasakanya. Para perempuan Loeha Raya juga ingin merasakan kemerdekaan tanpa merasa terancam

“Kami berharap bahwa kemerdakaan Republik Indonesia juga harus kami rasakan dengan mengelola tanah air dengan aman dan sejahtera. Kami tidak ingin kemerdekaan hanya menjadi milik orang orang berpangkat dan punya jabatan,” tutur Buana, Pejuang Perempuan Loeha lainnya.

Sementara itu, Herli WALHI Sulsel sebagai pendamping Pejuang Perempuan Loeha Raya mengatakan bahwa mereka mendeklarasikan diri untuk memperjuangkan wilayah kelola keluarga mereka sebagai petani merica yang kini terancam kegiatan pertambangan nikel milik PT Vale Indonesia.

“Momentum peringatahan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 78 disemarakan perempuan Loeha Raya sebagai momen untuk mendeklarasikan diri mereka dalam sebuah perkumpulan Pejuang Perempuan Loeha Raya,” kata Herli.

“Organisasi ini bertujuan untuk memperjuangkan hak mereka sebagai warga negara atas tanah air yang telah mereka kelolah sejak puluhan tahun lalu yang saat ini terancam akibat rencana perluasan pertambangan nikel oleh PT Vale,” pungkasnya. (*)