Mengenal Arsitektur Tradisional Yogyakarta

INDEKSMEDIA.ID – Arsitektur Tradisional Yogyakarta adalah suatu bangunan atau tempat tinggal ciptaan manusia yang pembuatannya diwariskan secara turun temurun untuk melakukan aktivitas mereka.

Pada mulanya bangunan tradisional berfungsi sebagai suatu tempat berlindung manusia dari gangguan binatang buas dan gangguan alam seperti panas, dingin, hujan, dan angin.

Perkembangan selanjutnya bersamaan dengan cara hidup mereka dari berpindah-pindah (nomaden) sampai hidup secara menetap.

Saat manusia sudah hidup menetap bangunan tersebut akan dijadikan rumah atau tempat tinggal. Rumah tempat tinggal dari masa ke masa mengalami suatu proses perubahan bentuk.

Rumah tempat tinggal pun berkembang sejalan dengan proses terbentuknya kebudayaan yaitu dari taraf yang sederhana ke taraf yang lebih kompleks.

Adapun arsitektur tradisional Yogyakarta khususnya untuk bangunan tempat tinggal terbagi menjadi:

1. Omah. Omah merupakan rumah tempat tinggal yang mempunyai arti penting dan berhubungan erat dengan kehidupan orang Jawa yang termaktub dalam tiga ungkapan kata yaitu: sandang, pangan, dan papan yang artinya pakaian, makan, dan tempat tinggal.

2. Kampung. Kampung bangunannya setingkat lebih sempurna. Bentuk bangunan kampung ini dalam perkembangannya mengenal beberpa variasi.

3. Limasan. Bentuk bangunan ini merupakan perkembangan kelanjutan dari dari bentuk bangunan sebelumnya. Kata limasan ini diambil dari lima lasan yakni perhitungan sederhana penggunaan ukuran-ukuran. Bentuk bangunan limasan ini juga mempunyai beberapa variasi.

4. Joglo. Joglo merupakan bentuk bangunan yang lebih sempurna dari bangunan-bangunan sebelumnya. Bentuk bangunan ini juga mempunyai ukuran yang lebih besar apabila dibandingkan dengan bentuk bangunan lainnya.

Bangunan joglo pada umumnya menggunakan bahan-bahan kayu yang lebih banyak sehingga sangat memungkinkan untuk membuat tambahan ruangan.

Ciri yang lain dari bentuk bangunan joglo ini yaitu mempunyai empat tiang pokok yang terletak di tengah yang disebut dengan saka guru kemudian pada bentuk bangunan ini terdapat pula bagian kerangka yang disebut sunduk atau sunduk kili yang berfungsi sebagi penyiku atau penguat bangunan agar tidak berubah posisinya.

Dalam perkembangannya bentuk bangunan joglo ini mengalami perubahan-perubahan sehingga terdapat berbagai variasi dalam bentuk bangunan joglo. (*)