Mengenal Karya Seni Bidai atau Bide’ Khas Bengkayang

 INDEKSMEDIA.ID – Bidai, bide; atau kasah bide’ merupakan hasil seni kriya tradisional masyarakat Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Berbentuk lembaran anyaman, bidai ini terbuat dari serat kulit kayu dan bilahan rotan kecil yang disusun dengan pola perwarnaan membentuk motif blok-blok kecil atau gabungannya.

Hanya ada dua jenis warna dominan yang terdapat pada bidai, yaitu warna asli dari serat kulit kayu dan bilahan rotannya sendiri, serta warna hitam pekat dari bilahan rotan yang telah mengalami perlakuan pewarnaan secara khusus dan alami.

Meski begitu, pola motif yang dihasilkan dari gradasi warna antara warna asli serat kulit kayu, warna kulit rotan, dan warna hitam pekat rotan yang telah mengalami perlakukan khusus tersebut, menghasilkan pola motif pewarnaan yang beragam, kuat, unik, alami dan memiliki nilai estetika tinggi.

Sebagai sebuah tradisi, bidai memiliki tiga dari tujuh unsur dalam bagian apa yang disebut sebagai unsur kebudayaan lokal.

Antara lain unsur pengetahuan dari keterampilan cara membuatnya, unsur estetika dalam keindahan motif Bidai yang akan siap dijual atau pola gradasi Warna yang dihasilkan, serta unsur bentuknya yang secara sosial dan kultural dapat digunakan sebagai perlengkapan, atau peralatan rumah tangga.

Oleh karena itu, selain sebagai sebuah karya budaya seni kriya yang mencirikan budaya lokal, kassah bide atau bidai ini juga dapat dikatagorikan sebagai karya seni yang bersifat terapan.

Tidak heran, sebagai produk kerajinan tradisional, bidai, bide’ atau kassah bide’ ini telah menjadi salah satu komoditas unggulan yang diperdagangkan secara lintas batas hingga ke wilayah Serikin, Distrik Bau, negara bagian Serawak, Malaysia.

Tidak hanya sampai di situ, karya budaya ini juga kemudian diperdagangkan kembali hingga ke wilayah Khucing, lbu Kota Negara bagian Serawak, Malaysia Timur, atau bahkan hingga keluar dari wilayah Malaysia.

lronisnya, ketika karya budaya yang berakar dari tradisi dan dikembangkan oleh masyarakat sekitar perbatasan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang ini telah berada di wilayah negara tetangga, maka identitasnya kemudian menjadi milik masyarakat mereka.

Hal ini karena produk karya budaya bidai yang dihasilkan oleh masyarakat perbatasan Jagoi Babang, jika dijual atau didistribusikan kembali keluar dari wilayah Malaysia, justru telah diberi label atau identitas sebagai produk Malaysia.

Sekalipun mereka sudah tidak lagi memiliki ketrampilan dalam membuatnya, karena memang tidak ada lagi yang membuatnya, apalagi mengembangkan seperti halnya saat ini. Perlu suatuupaya dari pemerintah untuk mempatenkan, karena bidai ini merupakan murni hasil kerajinan masyarakat Jagoi Babang di Bengkayang.

Bahan baku untuk membuat bidai terdiri dari rotan dan kulit kayu. Untuk membuat satu buah bidai dibutuhkan 1,5 ikat rotan dan 7 kg kulit kayu.

Bahan baku berupa rotan didatangkan langsung dari Kalimantan Tengah, sedangkan kulit kayunya merupakan kulit kayu tembaran yang diambil di hutan-hutan.

Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain: palu tembaran, untuk memukul kulit kayu tembaran, sejangat digunakan untuk menghaluskan rotan, pemalu digunakan untuk merapatkan anyaman dan ririt, untuk membuat jahitan tepi. (*)

Baca Juga