Mengenal Atraksi Tradisional Makepung yang Berasal dari Bali

INDEKSMEDIA.ID – Atraksi Makepung merupakan tradisi turun-temurun yang merupakan warisan budaya petani, sarat dengan nilai luhur yang perlu dilestarikan di Bali.

Atraksi Makepung sudah populer pada masyarakat petani di Bali Kabupaten Jembrana yang berawal untuk kegiatan olahraga, selanjutnya berkembang kreativitas seni di dalamnya.

Makepung adalah pacuan kerbau yang menarik gelinding atau sejenis alat pengangkut yang ditarik oleh sepasang kerbau.

Keberadaan Makepung erat kaitannya dengan struktur geografis dan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Jembrana di bidang pertanian.

lnspirasi Makepung berasal dari tahapan-tahapan pengolahan sawah. Sebelum dapat ditanami, sawah harus melalui proses mengemburkan tanah untuk menjadi lumpur yang dikenal dengan istilah membajak.

Para petani di Bali, khususnya Jembrana biasanya menggunakan sapi atau kerbau untuk membantu melaksanakan tugas ini.

Di Jembrana kegiatan membajak umumnya menggunakan kerbau dan dilakukan secara bergotong-royong sehingga satu petak sawah bisa dibajak oleh beberapa pasang kerbau.

Dari kegiatan inilah kemudian muncul ide para petani untuk mengadu kebolehan kerbaunya dalam hal menarik /ampit.

Makepung adalah atraksi balapan kerbau berasal dari Kabupaten Jembrana, Bali. Kata Makepung berasal dari kata makepung-kepungan (bahasa Bali) artinya berkejar-kejaran.

lnspirasinya muncul dari kegiatan tahapan proses pengolahan tanah sawah yaitu tahap melumatkan tanah menjadi lumpur dengan memakai lampit.

Lampit ditarik oleh dua ekor kerbau dan sebagai alat penghias kerbau, maka pada leher kerbau tersebut dikalungi gerondongan (gongseng besar) sehingga apabila kerbau tersebut berjalan menarik lampit maka akan kedengaran bunyi seperti alunan musik.

Karena bekerja gotong royong maka ada banyak lampit yang masing-masing ditarik oleh dua ekor kerbau yang ditunggangi oleh seorang joki duduk di atas /ampit. Atraksi ini dikenal masyarakat sekitar tahun 1920-an.

Atraksi Makepung di sawah ini berkembang sekitar tahun 1930 dan ada di masing-masing desa yang jokinya berpakaian seperti prajurit kerajaan di Jembrana zaman dahulu, yaitu memakai destar, selendang, selempod, celana panjang, saput poleng (warna hitam putih), tanpa alas kaki dan membawa pecut.

Dalam perkembangannya, Makepung kemudian dilakukan di jalanan yang ada di sekitar sawah. Jalan tanah berpasir merupakan lokasi favorit untuk balapan.

Lintasan seperti ini mengharuskan peserta Makepung melakukan beberapa perubahan agar balapan berlangsung lebih efektif. Perkembangan selanjutnya kurang lebih terjadi tahun 1960.

Organisasi Makepung dibagi atas 2 yaitu : Blok Barat dari ljogading ke Barat yang meliputi Banyu Biru, Kaliakah, Tegal Badeng, Moding, Pola Sari, Melaya sampai dengan Gilimanuk; Loloan Barat; Blok Timur termasuk di dalamnya Sebuah, Mendoyo, Poh Santen, Tegal Cangkring, Penyaringan, Yeh Embang, Yeh Sumbul, Yeh Leh. Pembagian ini dilakukan untuk memudahkan mengurusnya. (*)