Pembuangan Opu Tosappaile dan Tokoh Pergerakan Luwu lainnya oleh Belanda

INDEKSMEDIA.ID — Pembuangan terhadap raja-raja di Sulawesi Selatan (Sulsel), termasuk Luwu, yang disangka telah melakukan perlawanan atau bekerjasama untuk melawan Belanda banyak dilakukan.

Mereka, para penggerak Tana Luwu banyak dibuang, baik ke wilayah Jawa, maupun ke Sumatera, dan ke daerah-daerah lain yang telah dikuasai oleh Belanda.

Padahal banyak di antara tokoh Luwu yang dibuang itu hanya berdasarkan tuduhan pihak Belanda belaka, tanpa pembuktian sama sekali.

Adapun maksud dari pembuangan tersebut adalah untuk menyapu bersih dan mencabut bibit-bibit perlawanan rakyat sampai ke akar-akarnya.

Hanya dengan siasat tersebut, Belanda bisa lebih leluasa menimba dan mengeruk kekayaan Indonesia untuk memperkaya negaranya.

Salah satu tokoh penting pada masa Andi Kambo yang mengalami pembuangan adalah Opu Tosappaile, Patunru kejaraan Luwu yang dibuang bersama dengan beberapa tokoh pejuang Luwu lainnya.

Tindakan pembuangan itu banyak terjadi pada tahun 1910 sampai dengan tahun 1918.

Dibuangnya Andi Baso Lempulle kala itu, oleh karena adanya laporan para pengkhianat yang tidak suka terhadapnya yang mengatakan bahwa pemberontakan Haji Hasan itu terjadi akibat perintahnya.

Selain itu, banyaknya kegagalan yang dialami oleh Belanda dalam menangkap Haji Hasan, itu diakibatkan karena adanya pemberitahuan dari Andi Baso Lempulle kepada Haji Hasan sebelum Belanda melakukan penyerangan.

Semua kecurigaan itu diperkuat dengan ditemukannya keris yang digunakan oleh Haji Hasan, yang ternyata merupakan keris milik Datu. Dan kecurigaan Belanda itu semakin diperkuat pula oleh beberapa orang yang iri hati kepada Andi Baso.

Karenanya, setelah Haji Hasan meninggal di penjara Palopo, Andi Baso Lempulle kemudian dipanggil menghadap Assistent Resident Boer.

Tatkala menghadap, ia kemudian ditanyai tentang kebenaran keris milik Datu Luwu yang dipakai oleh Haji Hasan dalam pemberontakannya melawan Belanda.

Tanpa berbelit-belit Andi Baso Lempulle pun membenarkan ucapan Boer. Saat Boer bertanya mengenai mengapa keris itu berada di tangan Haji Hasan, Opu Tosappaile kembali menjawab dengan tenang.

la mengatakan bahwa sebelum Belanda datang ke Luwu, keris itu memang biasa dipinjam Haji Hasan dan kemudian oleh karena keris itu hanya kepunyaan pribadi Datu, atas permintaan Haji Hasan keris itu dipercayakan kepadanya untuk dijaga.

Berbagai pertanyaan dan tudingan terus diajukan kepada Andi Baso Lempulle untuk menyudutkannya.

Di antaranya juga tentang tuduhan bahwa perang Topoka, pemberontakan Pong Simpin, adalah di bawah komando Opu Tosappaile.

Namun pernyataan dan tudingan tersebut berhasil dijawab dengan tepat dan tenang. Karenanya Borr tak dapat memasukkan Opu Tosappaile ke penjara sebagai orang bersalah.

Akan tetapi, akibat hasutan dan fitnah orang-orang yang iri hati kepadanya, maka ia pun harus rela menjalani hukuman pembuangan.

Para pengkhianat tersebut menyatakan kepada Boer, bahwa Opu Tosappaile adalah orang yang pintar bicara. Dan jika hanya ditanya dengan berbagai tuduhan, ia pasti mampu menjawabnya dengan baik.

Dengan jawaban dan cara menjawab yang tenang, maka ia pasti tidak dapat disalahkan. Karenanya, Andi Baso Lempulle tidak usah diperiksa, sebab selama ini banyak orang yang melihat bahwa Opu Tosappaile selalu bertemu dengan Haji Hasan di muka mesjid jika selesai shalat magrib atau isa.

Akibat hasutan tersebut, Andi Baso Lampulle diasingkan ke Jawa. Adapun mereka yang dibuang waktu itu adalah:

1. Andi Baso Lempulle, atas tuduhan terlibat dalam perlawanan Haji Hasan dan beberapa perlawanan lainnya di Kedatuan Luwu.

2. Andi Mangile Palempang Suli, anak Opu Tosappaile, dituduh sebagai “brain trust” pada Perang Topoka (Perlawanan Rakyat Topoka).

3. Andi Jusuf Opu Tosibengngareng, Sulewatang Larompong (Kepala Distrik), dituduh sebagai “brain trust” Perang Topoka.

4. Andi Renreng Opu Toppemanu, anak Opu Tosappaile, dituduh sebagai “brain trust” Perang Topoka.

5. Opu Tomusu, saudara sepupu Opu Tosappaile, dituduh turut campur dalam perang Topoka.

6. Lopi Pong Timbang, asal dari Suli, dituduh turut campur dalam perang Topoka.

7. Sempo, asal dari Suli, dituduh turut campur dalam perang Topoka.

8. Pong Simpin, berasal dari Pantilang, dituduh sebagai pemberontak.

9. Opu Toparombeang, berasal dari Bua. Ia dituduh telah melakukan kerja sama dengan Pong Simpin.

10. Opu Tolane, berasal dari Bua. Ia dituduh bekerjasama dengan Pong Simpin.

11. Andi Pandangai Opu Dg. Talleseng, kawan seperjuangan Makole Baebunta.

Di antara mereka yang dibuang tersebut, beberapa di antaranya masih bisa kembali ke negerinya, seperti Andi Jusuf Opu Tosibenngareng, Andi Pandangai Opu Dg. Tallesang dan Sempo.

Dalam pembuangannya tersebut, Opu Tosappaile sempat menikah dengan wanita suku Jawa dan mempunyai keturunan. (*)

Ref: Ensiklopedia Sejarah Tana Luwu (Idwar Anwar)