Tahukah Kamu Kepercayaan Aluk Todolo? Ini Arti dan Fakta Menariknya

INDEKSMEDIA.IDAluk Todolo merupakan keyakinan dari sebagian masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan.

Ternyata Aluk Todolo memiliki makna ‘Ajaran Nenek Moyang’.

Bila Aluk Todolo ingin diterjemahkan perkata maka, Aluk berarti agama atau ajaran, dan To adalah orang, sementara Dolo bermakna dahulu.

Seperti dilansir dari buku “Toraja Tongkonan dan Kerukunan” karya Nurdin Baturante, ternyata dalam keyakinan Aluk Todolo memiliki 3 objek sebagai sasaran pemujaannya yaitu:

1. Tuhan

Tuhan dalam istilah Aluk Todolo adalah Puang Matua: “Pong Matua do tangngana langi: To kaubanan do masuanggana to palullungan: To tampa lang sola lino; Ungkombong angga maritik; Deatanna mintu deata; Puangna mintu’ puang: Deata tang di timba oloona, tang dilamban tingayoona, Puang sumpu mamascena, liu kaboro’“.

Artinya: “Tuhan di atas tengah langit, di tempat tinggi yang menaungi, pencipta langit dan bumi, pencipta segala sesuatu, dewanya semua dewa, paduka tuan/ Tuhannya semua Paduka tuan/Tuhan, dewa pertama yang utama, maha pengasih maha penyayang.”

Dengan demikian penganut Aluk Todolo meyakini bahwa Tuhan yang diistilahkan Pong Matua adalah pencipta segala sesuatu (ungkombong angga maritik).

Pada mulanya di langit, Puang Matua menciptakan 8 (delapan) nenek melalui/lewat Saun Sibarrung (Sauan=suling hembusan. Sibarrung=kembar dua, bersamaan). Kedelapan nenek dimaksud adalah:

Nenekna to lino (nenek dari manusia) bernama Datu Laukku’.

Nenekna ipo (nenek dari racun) bernama Menrante.

Nenekna kapa’ (nenek dari kapas) bernama La Ungku.

Nenekna Bassi (nenek dari besi) bernama Irako.

Nenekna Uran (nenek dari hujan) bernama Pong Pirik-pirik.

Nenekna Tedong (nenek dari kerbau) bernama Menturini.

Nenekna Pare (nenek dari padi) bernama Lamemme.

Nenekna Manuk (nenek dari ayam) bernama Menturiri.

Pemala langngan Puang Matua (pemala’= persembahan-pemujaan, Iangngan=kepada/keatas; Puang Matua Tuhan-sang pencipta); Persembahan, pemujaan terhadap Tuhan/Pong Matua; sang pencipta yang bersemayam di langit adalah upacara persembahan yang tertinggi, meskipun pelaksanaannya sangat variatif baik dari segi tingkatan maupun dari segi bentuk ritualnya.

Namun intinya ialah mempersembahkan binatang berupa kerbau dan babi serta ayam. Dilaksanakan di depan rumah atau di tempat yang sesuai dengan keinginan dan besarnya upacara.

2. Deata (Dewa)

Dipuja sebagai pemelihara seluruh ciptaan Tuhan, Deata yang cukup banyak dibagi dalam 3 (tiga) kelompok pemeliharaan yaitu:

Deata Tangngana Langi’ (Dewa di tengah/di atas di langit); penguasa dan pemelihara segenap cakrawala /isi langit:

Deata Kapadanganna (Dewa permukaan Bumi), penguasa dan pemelihara seluruh apa yang ada diatas permukaan bumi;

Deata Tangngana Padang (Dewa tanah/tengah bumi penguasa dan pemelihara segala isi tanah, laut dan sungai.

Pemala’ lako deata (pemala‘=persembahan-pemujaan; Lako=kepada: deata=dewa); persembahan, pemujaan terhadap dewa-dewa (Sang pemelihara) sebagai upacara persembahan yang menengah dengan kurban persembahan babi dan/atau ayam.

Dilakukan pada bahagian sebelah timur rumah Tongkonan atau di tempat tertentu sesuai dengan hajat serta kepada deata/dewa mana yang akan dipuja/disembah.

3. Tomembali Puang/ Todolo/Arwah Leluhur

Tomembali bermakna orang yang telah berubah; Todolo= orang dahulu, Tomembali puang/todolo= arwah leluhur), dipuja dan disembah sebagai pengawas yang selalu memperhatikan keberadaan bahkan memberi berkat kepada manusia keturunannya.

Pemaala’ lako Tomembali Puang, artinya persembahan dan pemujaan terhadap Arwah Leluhur sebagai upacara persembahan yang terendah dengan kurban persembahan babi dan/atau ayam yang dilaksanakan disebelah barat dari rumah Tongkonan dan atau ditempat kuburan/ liang di mana mayat leluhur dikuburkan. (*)

Referensi: Toraja, Tongkonan dan Kerukunan (Nurdin Baturante)