Pertempuran di Perairan Munte, Tembakau Digunakan Tambal Perahu
INDEKSMEDIA.ID — Setelah melakukan pengiriman ekspedisi pertama, menjelang pertengahan April 1946, untuk kedua kalinya Divisi PKR Luwu kembali mengirim satu ekspedisi ke Sektor Barat dengan maksud yang sama dengan ekspedisi pertama.
Ekspedisi tersebut untuk sementara dipimpin oleh La Guli dibantu oleh Junaid Yacob, Halide, dan Muin Sandewang.
Adanya pimpinan sementara ekspedisi, sebab jika mereka tiba di Sektor Barat, pimpinan harus diserahkan pada M. Landau yang sebelumnya telah berada di sana. Dalam ekspedisi ini, juga diikuti oleh seorang wakil bagian penerangan, yaitu Ramli Yacob Dg. Pawata.
Ekspedisi tersebut berkekuatan 40 orang pasukan, dengan 6 karabin (senapan mesin/otomatis) dan satu bren.
Adapun yang memegang senjata dalam pasukan tersebut adalah La Guli, Junaid Yacob, Muin Sandewang Arief, Yusuf Halide, Ibrahim Radda dan La Cama.
Dalam perjalanannya, ekspedisi ini berlayar selama 15 jam menyeberangi teluk Bone dari timur ke barat.
Sekitar pukul 09.00 pada 10 April 1946, pasukan ekspedisi berjumpa dengan kapal perang yang tidak di ketahui kebangsaannya sebab tidak memakai bendera.
Atas perintah komandan, segera ekspedisi itu mengadakan pembicaraan dengan menggunakan sandi bendera. Namun kapal yang dikirimi sandi itu tidak memberi jawaban.
Saat jarak kapal tersebut dengan perahu pasukan ekspedisi kurang lebih 50 m, tampaklah oleh pemuda seorang Belanda yang bertindak sebagai komandan di atas perahu tersebut.
Serta-merta La Guli memerintahkan untuk menyerang duluan. Seketika itu juga di perairan Munte, terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan ekspedisi dengan Belanda.
Pertempuran itu juga disaksikan langsung oleh penduduk kampung Munte.
Dalam pertempuran tersebut, pasukan ekspedisi melakukan satu siasat agar dapat mengelabui lawan.
Agar suara senapan yang mereka pakai menggema, maka mereka pun meletakkan senapan di atas Gumbang (tempayan air minum) yang telah dikosongkan.
Dalam pertempuran yang berlangsung selama 6 jam itu, komandan pasukan Belanda roboh ditembus peluru setelah sebelumnya kapal perang mereka yang berukuran sedang itu, 9 kali maju dan mundur mundus perang mereka yang berukuran untuk menyerang dan menghindar.
Beruntung sebab kapal Belanda itu perlahan-lahan menjauh mungkin kerena tak dapat menahan gempuran atau kerena komandan pasukan Belanda telah roboh terkena tembakan. Mereka meninggalkan satu perahu kecil yang berisi bahan makanan yang mereka rampok.
Sementara badan perahu yang digunakan oleh pasukan ekspedisi mengalami kebocoran akibat tembakan. Lubang yang jumlahnya kurang lebih 20 itu ditambal dengan menggunakan tembakau rokok milk M Ramli Yacob. Sebanyak tiga bambu tembakau habis untuk menambal lobang perahu tersebut.
Dalam pertempuran itu, seorang pasukan ekspedisi bernama Kassiba yang berasal dari Cilellang gugur Sementara La Guli mengalami luka-luka di pinggangnya dan barulah diketahui setelah kontak senjata itu berakhir.
Pada sore harinya, sebuah pesawat tempur musuh melintas di atas perahu rombongan La Guli. Untuk menghindari kecurigaan, jenazah Kassiba kemudian ditutup dengan pukat. Sementara yang lain pura-pura memegang pukat.
Tiga kali pesawat tersebut terbang rendah di atas mereka, kemudian pergi. Sore itu juga pasukan ekspedisi kemudian melanjutkan perjalanan ke Tokke. (*)
Referensi: Ensiklopedia Sejarah Tana Luwu (Idwar Anwar)