Sepasang Revolusioner, Kisah Mustafa Chamran dan Ghadeh (Part 1)

Temanku mengangguk tanda yakin. Mustafa membawa kalender seperti yang pernah diberikan Sayyid Gharawi padaku beberapa minggu lalu. Aku memandangnya dan berkata, “Saya sudah melihat kalender itu.”

Mustafa bertanya, “Apakah Anda sudah melihat semua poster di dalamnya? Poster mana yang paling Anda suka?”

Aku berkata, “Gambar lilin! Lilin sangat berpengaruh bagi saya.” Mustafa terkejut dan bertanya, “Lilin? Mengapa lilin?”

Aku mulai terisak menahan tangis dan berkata, “Saya tak tahu. Lilin itu, cahaya itu, seakan meliputi seluruh keberadaan saya. Saya tak menyangka seorang mampu menjelaskan dan menunjukkan makna lilin dengan begitu indah.”

Mustafa berkata, “Saya juga tak menyangka seorang gadis Libanon mampu memahami lilin dan maknanya yang tepat.”

Aku bertanya, :Siapa pelukisnya? Saya sangat ingin berjumpa dan mengenalnya.” Mustafa menjawab, “Saya!”

Cukup lama mataku menatap senyum dan wajah Mustafa. Masih terkejut, aku bertanya, “Benarkah Anda yang melukisnya?” Mustafa mengatakan, “Ya, sayalah pelukisnya.”

Aku berkata, “Anda hidup dalam perang dan darah. Mungkinkah? Saya tak menduga Anda mampu memiliki kepekaan seperti itu.”

Lebih mengherankan lagi, Mustafa mulai membacakan petikan tulisanku. Dia lalu berkata, “Semua yang Anda tulis, saya sering membacanya. Dan saya pun terbang melayang bersama semangat Anda.”

Air matanya tampak menetes. Inilah awal perjumpaan kai; sulit tapi indah!

Kali kedua, aku melihatnya siap melakukan aktivitas yayasan. Sedikit demi sedikit kami semakin dekat. Aku lalu sering bersama Mustafa di berbagai tempat; di yayasan bersama anak-anak yatim, di berbagai kota, dan sekali dua kali di garis depan medan pertempuran. Bagiku semua pekerjaannya mulia dan mendidik. (*)

Nantikan kelanjutan kisah ini di Part 2…!!!!!