OPINI: Kelas Menengah adalah Pengeluh Profesional
INDEKSMEDIA.ID — Saat lampu jalan mulai temaram, riuh suara klakson kendaraan, di belakang dinding kaca McD, terlihat sekumpulan orang, menikmati Fish Fillet yakiniku Burger, Fish Snack Wrap, dan sepertinya juga Fish Fillet Burger.
Ya, dinding kaca itu sebenarnya adalah cerminan dari kelas menengah. Ekonom UI, Chatib Basri, menjelaskan bahwa ciri dari kelas menengah adalah mereka ingin menunjukkan status kekuatan kelas menengahnya dari lifestyle-nya. Makanya di Prancis muncul istilah yang disebut sebagai masyarakat kafe.
Dengan kata lain, kelompok kelas menengah adalah kelompok yang ingin terlihat gaya hidupnya oleh kelompok lain. Itulah yang menjelaskan mengapa dinding McD kota palopo itu transparan, karena target konsumennya adalah kelompok kelas menengah.
Si budi kecil tukang parkir pusat perbelanjaan Matahari hanya bisa menatap mereka dari luar, dengan harap kapan mereka memberinya makan. Ia sepertinya tidak berharap ke dalam.
Untuk membedakan kelas menengah dan kelas bawah, dapat dilihat dari jenis keluhannya.
Keluhan kelas bawah adalah keluhan tentang needs (kebutuhan), sementara keluhan kelas menengah adalah keluhan tentang wants (keinginan).
Mengapa keluhan kelas menengah itu tentang wants, bukan needs? Ini dikarenakan, porsi pengeluaran mereka itu besar. Data dari bank dunia, pengeluaran kelas menengah itu, dari Rp1.200.000 hingga 6.000.000 dalam sebulan.
Dari pengeluaran mereka, porsi terbesarnya adalah non makanan. Sehingga, mereka lebih banyak ingin, daripada butuh.
Apa yang menarik dari kelas menengah, mereka adalah pengeluh yang didengar. Fakta keluhan mereka itu didengar adalah tersedianya fasilitas yang mereka inginkan. Mulai dari taman, pembangunan pusat perbelanjaan yang mewah, jalan tol, kendaraan umum ber-AC, hotel dan lain lain.
Bagaimana dengan kelas bawah? Apakah keluhannya juga didengar? Lihat saja, apakah pembangunan ekonomi daerah kita mencerminkan needs atau wants.
Penulis: Hidayat (Aktivis Filsafat Kota Palopo)
Disclaimer: Indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber. (*)