Sakamoto, Sosok Samurai yang Paling Dicintai di Kekaisaran Jepang

INDEKSMEDIA.ID — Kekaisaran Jepang punya sejarah yang panjang yang diisi oleh pemberontakan, entah dipelopori oleh rakyat, samurai, dan penulis.

Pemberontakan di era Kekaisaran Jepang itu terjadi lantaran mempertahankan kepercayaan, termasuk wilayah.

Akan tetapi, ada beberapa pemberontakan yang menorehkan tinta jelas dalam sejarah Kekaisaran Jepang.

Perjuangan dan semangat mereka hingga saat ini dikenang oleh masyarakat Jepang salah satunya adalah sosok Samurai Sakamoto.

Tokoh revolusioner yang paling dicintai sepanjang Kekaisaran Jepang adalah Sakamoto Ryoma.

Ia dikenang hingga kini oleh negeri Sakura. Sering menjadi Kameo di manga, anime, da gim video.

Sakamoto adalah putra dari keluarga samurai yang berpangkat rendah, Prefektur Tosa.

“Sakamoto aktif secara politik setelah ia menyelesaikan studinya pada tahun 1859,” menurut Ced Yong di laman Owlocation.

Lima taun sebelum itu, Keshogunan Tokugawa menerima hinaan terburuk di bawah kebijakan tempur Amerika.

Kekaisaran yang terisolasi tersebut dipaksa membuka gerbang untuk perdagangan luar negeri.

Sakamoto meyakini bahwa Keshogunan tak mampu mengatur Kekaisaran Jepang.

Karena itulah, Sakamoto berafiliasi dengan para revolusioner dan kaum pemberontak lainnya.

Hal itu dilakukan guna mengembalikan kekuasaan kentakhta Kekaisaran Jepang.

Motto mereka adalah “Hormati Kaisar, Usir Orang Barbar.”

Ahki pedang juga berperan penting dalam menggulingkan kekuasaan Keshogunan Tokugawa.

Di antara banyak perjuangannya, capaian paling besar adalah bernegosiasi dengan aliansi antara Provinsi saingan Satsuma dan Choshu.

Aliansi itu berhasil membuka jalan bagu pasukan tangguh yang mampu menantang kekuatan Keshogunan.

Saat berada si ata kapal wilayah pantai Nagasaki, Sakamoto juga menulis “Delapan Proposal Saat Berlayar” yang terkenal.

Tesis itu mengurai kebutuhan sosial, politik, dan militer masa depan Kekaisaran Jepang yang modern.

Usahanya membuahkan hasil, ia kemudian dibunuh oleh para loyalis Tokugawa pada 1867. (*)