Ada yang Tahu Murid-murid Mulla Sadra? Baca di sini

INDEKSMEDIA.ID — Mulla Sadra adalah seorang tokoh yang amat besar sehingga sudah sewajarnya lah banyak murid yang berusaha menghilangkan dahaga intelektualnya dengan belajar langsung kepadanya.

Ada begitu banyak murid Mulla Sadra, karena dia tidak pernah lepas dari mengajar, meskipun dalam masa kontemplasinya di Kahak.

Murid-murid Mulla Sadra tersebar di berbagai kota yang pernah ditinggalinya.

Namun, hanya beberapa yang masih tercatat secara khusus, terutama karena kebesaran nama mereka. Mereka antara lain:

Faid Kasyani

Nama lengkap Muhammad Ibn Murtadha Faid Kasyani, atau dikenal juga dengan sebutan Mulla Muhsin.

Faid kasyani dilahirkan di Kota Kasyani pada 1007 H dan meninggal dunia pada 1091 H, makamya terletak di Kota Kasyan.

Meskipun tak banyak karyanya dalam bidang filsafat, namun karya-karya besarnya yang ada dalam bidang akhlak dan tafsir sampai sekarang masih menjadir ujukan.

Beberapa di antaranya adalah Al-Wafi (kumpulan hadis-hadis Syiah), Al-Safi (tafsir Alquran).

Al-Mahajjah Al-Bayda’ (merupakan kitab akhlak yang ditulis sebagai revisi bagi kitab Ihya Al-Ulum Al-Din karya Imam Al-Ghazali).

Dalam bidang pengetahuan, Usul Al- Ma’rif wa Ayn Al-Yaqin.

Mulla Muhsin Faid Al-Kasyani adalah penasehat raja, sekaligus seorang tokoh yang cukup disegani.

Dan pada masa pemerintahan Raja Abbas II, Faid Kasyani menjabat sebagai imam sholat Jumat di Kota Isfahan.

Mulla Muhsin Faid Kasyani kurang lebih delapan tahun belajar kepada Mulla Sadra di Shiraz.

Setelah menetap beberapa tahun bersama Mulla Sadra, barulah ia kembali lagi ke asalnya, Kasyan dan sampai meninggal di sana.

Makamnya yang terletak di kota Kasyan, sampai saat ini masih sering dikunjungi para penziarah yang memohon berkah.

Belakangan ini, banyak karyanya di bidang filsafat diterbitkan kembali.

Mulla Abdul Razaq Lahiji

Murid Mulla Sadra berikutnya adalah Mulla
Abdul Razaq Lahiji.

Lahiji diambil dari nama kota ia berasal, yaitu Lahijan, salah satu kota yang ada di provinsi Gilan.

Murid Mulla Sadra yang satu ini tidak
diketahui secara pasti tanggal lahir dan latar belakang keluarganya.

Hanya saja dia cukup dikenal sebagai
filsuf, teolog, dan penyair.

Mulla Abdul Razaq Lahiji merupakan salah satu murid Mulla Sadra yang cukup diperhitungkan.

Awal perjumpaannya dengan sang guru ketika sang guru berada di Kota Qom.

Sejak itu Mulla Abdul Razaq menjadi pengikut setia Mulla Sadra selama di Kota
Qom dan secara khusus belajar filsafat, gnostik, ilmu kalam, dan logika.

Mulla Abdul Razaq Lahiji juga merupakan salah satu dari menantu Mulla Sadra.

Namun, ketika Mulla Sadra kembali ke Shiraz, ia memilih tetap tinggal di Qom.

Bisa dikatakan nama Mulla Abdul Razaq Lahiji besar dari syair-syairnya, dia adalah seorang penyair yang sangat berbakat, yang mana hingga saat ini pun syair-syair Lahiji sering dibacakan oleh para penyair di
Iran.

Namun tidak hanya syair-syair, Mulla Abdul
Razaq Lahiji juga menerbitkan beberapa karya dari bidang filsafat, seperti Hasyiyyah al-Syarh Isyarat (merupakan komentarnya atas Syaikh Tusi terhadap kitab Al-Isyarat wa Al-Tanbihat karya Ibn Sina).

Guhare Murad (karya dalam bidang filsafat yang membicarakan Hudust al-‘Alam, Asalat al-Wujud).

Sarmoyeye Imon (Rangkuman dari karya Filsafatnya), Syarh Hiyakal Al-Nur (Komentar atas Risalah Hiyakal Al-Nur karya Suhrawardi).

Mulla Abdul Razaq Lahiji adalah salah satu
tokoh al-Hikmah al-Muta’aliyyah yang cukup banyak melakukan elaborasi dalam pemikiran Filsafat Iluminasi.

Dan pada tahun 1071 H Lahiji menghembuskan nafas terakhirnya di kota Qom.

Namun ini juga masih bersifat dugaan, sebab sampai saat ini makamnya belum diketahui.

Mulla Husein Tankobani

Mulla Husain Tankobani berasal dari kota bagian utara Iran dan meninggal dunia pada tahun 1105 H.

Dia dikenal sebagai filsuf dan teolog. Tokoh ini meninggal dunia karena serangan orang-orang awam di Masjid al-Haram ketika sedang memberikan pelajaran.

Karyanya yang tertinggal adalah Syarh Al-Syifa (komentar terhadap kitab Al-Syifa, Ibn Sina).

Hudust Al-‘Alam, Wahdat Al-Wujud, dan Hasyiyyah Tajrid Al-Kalam (anotasi atas kitab Tajrid Al-Kalam karya Syaikh Tusi).

Mulla Husain Tankobani tidak semasyhur dua sahabatnya yang lain, mungkin dikarenakan karyanya tidak sebanyak dua sahabatnya di atas.

Akan tetapi, dia cukup dikenal sebagai tokoh yang dengan gigih mengajarkan al-Hikmah al-Muta’aliyyah.

Agha Jani

Nama lengkapnya Muhammad ibn ‘Ali Ridha ibn Agha Jani.

Sampai sekarang, tempat kelahiran dan wafatnya tidak diketahui secara pasti.

Dalam fase menuntut ilmu, Agha Jani tidak hanya belajar dengan Mulla Sadra, namun sebelumnya ia juga sempat belajar dengan Mir Damad, guru Mulla Sadra sendiri.

Bahkan dia menulis Syarh Qabasat (komentar atas kitab Qabasat karya Mir Damad) yang ditulisnya pada tahun 1071 H.

Sayangnya, banyak naskah yang ditulis Agha Jani hilang dalam perjalanan waktu. (*)