INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Mulla Sadra Pendiri Filsafat Transendental, Ada yang Tahu Siapa Gurunya?

Mulla Sadra, pendiri Filsafat transendental (kolase)

INDEKSMEDIA.ID — Mulla Sadra adalah sosok filosof yang menciptakan aliran baru di dalam filsafat.

Tentu saja kemampuan Mulla Sadra melahirkan filsafat hikmah ini tidak lahir dari sejarah yang kosong.

Mulla Sadra punya beberapa guru yang tentu saja memengaruhi pemikirannya.

Namun tidak ada keterangan yang menjelaskan secara detail kepada siapa saja Mulla Sadra pernah berguru.

Orang-orang yang disebutkan adalah hasil pelacakan dari kitab-kitab yang pernah ditulisanya.

Tapi setidaknya, Mulla Sadra pernah belajar dengan tokoh-tokoh besar, ketika ia belajar di Qazwin dan Kota Isfahan di antaranya:

Mir Damad

Nama Lengkapnya Muhammad Baqir ibn Sham al-Din Muhammad al-Husayni Al-Astarabadi.

Mir Damad berasal dari sebuah kota bernama Astarabadi.

Juga tidak begitu jelas, kapan tanggal lahirnya, namun meninggal dunia pada tahun 1041 M di kota Najaf, setelah tinggal selama satu tahun untuk berkhidmat pada makam Imam Ali Ibn Abi Talib.

Mir Damad adalah seorang Aristotelian. Merupakan pendiri Mazhab Isfahan (The School of Isfahan).

Isfahan adalah kota di mana kali pertama ia mengenyam pendidikan, dan kemudian melanjutkan ke Kota Mashad.

Mir Damad adalah seorang yang cerdas dan menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Karena penguasaannya yang di atas rata-rata itu Mir Damad dianggap sebagai Muallim Ketiga setelah Aristoteles dan Al-Farabi.

Sebagian juga berkesimpulan bahwa gelar tersebut didapat karena penguasaannya terhadap filsafat Aristoteles.

Mir Damad dikenal sebagai perintis upaya sintesis beberapa pemikiran Islam sebelumnya.

Namun sebagai perintis dirinya belum bisa melakukannya secara sempurna.

Keberuntungannya adalah memiliki seorang murid seperti Mulla Sadra yang bisa meneruskan semangatnya.

Pada masanya, Mir Damad dianggap sebagai tokoh utama dalam filsafat dan ilmu-ilmu aqliyyah lainnya.

Tidak hanya itu, dia juga merupakan komentator tangguh dari mazhab Peripatetik Ibn Sina.

Sepanjang masa hidupnya, Mir Damad cukup produktif berkarya.

Dia banyak menuliskan buku, antara lain: Al-Qabasat, sebuah kitab filsafat yang nampaknya menjadi salah satu rujukan utama Mulla Sadra dalam mengarang kitab Al-Hikmah Al-Mutaliyyah.

Selain itu, masih banyak kitab-kitab filsafat lainnya yang pernah ia tulis, seperti Sirath Al-Mustaqim, Al-Ufuq Al-Mubin, imadat, Taqwim Al-Iman, Khulasah Al-Malakutiyyah, Nibras Al-Diya, Al-Sabu Al-Syidad, Jazawat, Tasyriq Al- Haq, Dawabith Al-Rida.

Tak hanya menciptakan karya tulis dalam bidang filsafat, Mir Damad juga menulis karya dalam bidang fiqih, aqidah, dan syair-syair, antara lain;

Risalah Fi Al-Jayb Al-Zawiyyah, Risolehyi Fi Al-Nahi Al-Tasmiyyah, Al-Iqazat, Syari Al-Najah, Al-Adalat, Majma Al-Fususa dan Afash Kada.

Kemudian, sebagaimana tradisi ulama Tasayyu, Mir Damad juga membuat komentar atas hadis-hadis Imam-Imam Syiah yang tercantum dalam kitab Usul al-kahfi karya Muhammad ibn Yaqub Al-Kulani.

Dan kemungkinan sebenarnya masih banyak karya-karya lainnya dari Mir Damad yang belum ditemukan.

Mir Damad adalah sosok yang sangat dikagumi oleh Sadra.

Salah satu bentuk kekaguman ini tercermin dalam ungkapannya yang ia tulis dalam Muqaddimah Syarh Usul al-Kafi.

Dalam pembukaan kitab tersebut, Sadra secara khusus memuji gurunya ini.

“Telah dikabarkan kepadaku dari penghuluku, sandaranku, guruku dalam ilmu-ilmu agama, ilmu-ilmu Ketuhanan, Makrifat Hakiki, dan prinsip-prinsip keyakinan, penghulu yang memancarkan cahaya, alim yang suci, filsuf Ilahi, faqih Rabbani, yang utama di masanya, Pemimpin yang Agung, Rembulan Purnama, tanda-tanda zaman yang bernama Muhammad dengan laqab Baqir al-Damad al-Husayni (Semoga Allah menyucikan akalnya dengan cahaya ketuhanan)”.

Mir Findiriski

Mir Findiriski adalah seorang pengajar resmi di Kota Isfahan dan pada tahun 1050 H, dalam perjalanannya menuju India, dia meninggal dunia.

Mir Findiriski juga merupakan seorang Peripatetik, dia banyak menulis karya yang berkaitan dengan Ibn Sina.

Akan tetapi, meski Mir Findiriski cukup dekat dengan Mir Damad dan mereka banyak melakukan dialog, mereka adalah dua orang yang sangat berbeda.

Dikatakan, Mir Damad merupakan ilmuwan peniliti yang sangat mendalam, juga sebagai Sahib al-Nazar.

Sementara Mir Findiriski adalah pemikir yang banyak menolak konsep-konsep filsafat, seperti gerak transubstansi (Harakat al-Jawhariyyah), Ide Platonik (Mutsul Aflatun).

Tak hanya itu, Findiriski juga menolak kesatuan subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui (Ittihad al-Aqil wa al-Maqul).

Pengaruh Peripatetik pada Mir Findiriski begitu kental, dan tidak ditemukan sama sekali dalam pemikirannya yang bernuansa Iluminasionis dan metode intuitif.

Mulla Sadra juga belajar kepada Mir Findiriski, terutama yang menyangkut dengan Filsafat Peripatetik.

Meski demikian, Mulla Sadra tampaknya tidak banyak terpengaruh dari gurunya yang satu ini, dan pemikirannya lebih cenderung kepada Mir Damad.

Syaikh Bahauddin Al-Amili

Mulla Sadra juga belajar secara khusus kepada Syaikh Bahauddin Al-Amili.

Meski tak terlalu banyak Mulla Sadra membahas tentang Syaikh Bahauddin Al-Amili.

Namun ia adalah tempat Sadra belajar tentang ilmu Hadist, Rijal al-Hadist, Fiqh, dan Usul Fiqh.

Secara Khusus, Mulla Sadra hanya menyinggung gurunya ini pada kitabnya, Syarh Usul al-Kafi, antara lain:

“Telah disampaikan kepadaku dari pembimbingku, guruku, dan sandaranku dalam ilmu-ilmu naqliyah, yang paling berilmu pada zamannya serta tokoh bagi masanya.”

“Baha Al-Haqq wa Al-Din, Muhammad Al-Amili Al-Harisi Al-Hamadani, semoga Allah memberikan cahaya bagi hatinya dengan cahaya kesucian…”

Syaikh Bahauddin Al-Amili hidup pada masa yang bersamaan dengan Mir Damad dan Mir Findiriski, tetapi dia tidak banyak dikenal.

Referensi:

Jalaluddin Asthiyani, Muqaddimah bar Al-Sawahid Al-Rububiyyah fi al-Manahij As-Sulukiyyah, dalam Kholid Al-Walid, Perjalanan Jiwa Menuju Akhirat (Jakarta: Sadra Press)

Mulla Sadra, Syarh Al-Usul Al-Kahfi, dalam Sayyed Hossein Nasr, Al-Hikmah Al-Mutaaliyyah Mulla Sadra: Sebuah Terobosan dalam Filsafat Islam, terjemahan Mustamin al-Mandary, (Jakarta: Sadra Press)

Mustamin al Mandari, Menuju Kesempurnaan: Pengantar Pemikiran Mulla Sadra, (Sulawesi Barat:Rumah Ilmu)

Demikianlah informasi singkat terkait guru-guru Mulla Sadra.

Semoga artikel ini bermanfaat untuk Anda. (*)