Aluk Todolo, Aliran Kepercayaan Dinamisme Masyarakat Tradisional Toraja, Tergerus dengan Masuknya Kristen
INDEKSMEDIA.ID – Masyarakat tradisional Toraja memiliki kepercayaan sendiri yang disebut Aluk Todolo.
Aluk Todolo adalah kepercayaan tradisional masyarakat Toraja yang diperkirakan mendapatkan pengaruh dari dataran Indochina, sekitar 3000 tahun sampai 500 tahun sebelum Masehi.
Namun, berdasarkan kepercayaan masyarakat Toraja, Aluk Todolo diterima oleh nenek pertama manusia berupa ketentuan dan aturan hidup yang disebut dengan sukkaran aluk.
Kedatangan Agama Kristen sebagai agama yang dianut mayoritas masyarakat Toraja sedikit banyaknya mempengaruhi eksistensi Aluk Todolo.
Meski demikian, Aluk Todolo tetap bertahan hingga saat ini terutama di daerah pelosok Toraja, misalnya di Simbuang.
Implementasinya masih terlihat dengan jelas pada upacara kematian, rambu solo atau upacara tradisional lainnya seperti rambu tuka.
Aluk Todolo secara bahasa berarti aturan leluhur. Ia merupakan suatu kepercayaan dinamisme yang kemudian mendapatkan pengaruh dari ajaran hidup Konfusius dan agama Hindu.
Aluk todolo pada dasarnya yang tertuang dalam sukaran aluk memiliki dua konsep utama, yaitu puang kapenomban (kepercayaan terhadap Puang Matua, Deata, dan Tomembali Puang), dan kapenomban (penyembahan).
Prinsip puang kapenombanan merupakan dasar kepercayaan Aluk Todolo yang mengenal tiga tingkatan spiritual yaitu Puang Matua sebagai pimpinan spiritual tertinggi yang menciptakan dan memelihara keberlangsungan alam, Deata yang memiliki tugas menjaga bumi.
Deata sendiri terbagi tiga yaitu Deata Tangngana Langi Atau dewa yang menguasai dan memelihara langit, Deata Kapadanganna atau dewa yang menguasai dan memelihara bumi, Deata Tangngana Padang atau dewa yang menguasai dan memelihara laut, sungai dan tanah), dan Tomembali Puang atau leluhur.
Prinsip kapenombanan atau pemujaan terbagi tiga sesuai dengan struktur pimpinan spiritual di atas, yaitu pemujaan kepada Puang Matua dengan kurban sajiannya kerbau, babi dan ayam, pemujaan kepada deata dengan kurban sajian babi dan ayam, dan pemujaan kepada tomembali puang dengan kurban sajian babi dan ayam.
Ada beberapa macam tingkatan pemujaan, yaitu aluk simuane tallang silau eran (aturan upacara yang bertingkat-tingkat), lesoan aluk atau patina aluk (proses dan ketentuan), pemalinna sukkaran aluk (larangan), penitia? atau pa?kiki dan pesung (bagian daging kurban sebagai representasi kurban).