Siapa Opu Daeng Risadju?

INDEKSMEDIA.ID – Opu Daeng Risadju yang semasa kecilnya sering disebut Famajjah, lahir tepatnya tahun 1880 di Palopo.

Opu Daeng Risadju berasal dari keturunan raja-raja “Tellumpoccoe Maraja” atau tiga kerajaan besar di Sulawesi selatan yaitu Luwu, Gowa dan Bone.

Kedua orang tua opu Daeng Risadju bernama opu daeng Mawellu dan Abdullah to Baresseng.

Opu Daeng Mawellu adalah anak dari Opu Daeng Mallongi, sedangkan Opu Daeng Mallongi ini adalah anak dari Petta Puji.

Petta Puji adalah anak dari Makkasau Petta I kera yang merupakan Raja Bone XXII la Temmasonge Matinroe ri Mallimongeng.

Raja Bone memerintahkan dari tahun 17449-1775 dan keturunan dari Bau Habibah puteri Syek Yusuf Tuanta Salamaka ri Gowa.

La Temmasonge Matinroe ri Malimongeng adalah Putera Raja Bone ke XVI yang bernama La Patau Matana Tikka Matinroe ri Nagaleng.

Masa pemerintahannya dari tahun 1696 sampai dengan 1714.

Dengan demikian jelas bahwa Opu Daeng Risadju adalah keturunan dari raja-raja Tellumpoccoe Maraja di Sulawesi Selatan yaitu Luwu, Gowa dan Bone dengan strata social masyarakaat paling atas.

Gelar Opu Daeng Risadju bagi masyarakat luwu adalah merupakan identifikasi golongan bangsawan, sebagaimana halnya yang diberikan kepada pemangku adat.

Pada hakekatnya gelar opu tidak hanya diberikan kepada semua anak bangsawan tinggi setelah menikah.

Opu Daeng Risadju strata sosialnya tergolong bangsawan tinggi.

Opu Daeng Risadju sebagai seorang puteri bangsawan dari Tana Luwu ini sudah menjadi tradisi diajarkan tentang tutrur sapa, tingkah laku, dan tata cara bergaul yang benar-benar penuh makna nilai-nilai budaya Luwu sebagai anak bangsawan.

Hal yang seperti itu disalurkan melalui nasehat, pesan-pesan, cerita dongeng dari orang tua.

Bahkan Opu Daeng Risadju diajarkan pula petunjuk dan jiwa kepemimpinan yang senantiasa menampilkan keluhuran budi yang mampu memupuk simpati orang banyak.

Dalam berjuang pun, semangat dan jati diri Opu Daeng Risadju selalu mengutamakan kepentingan pribadinya yang juga adalah kepentingan orang banyak, sebagaimana ungkapan berikut ini:

Rillebbiremmui Ittello Maegae Naiya Ittolle Sibatue” ungkapan tersebut memberi makna lebih mengutamakan kepentingan pribadi yang selaras dengan kepentingan masyarakat.

Hal ini menggambarkan betapa kecintaan Opu Daeng Risadju terhadap masyarakat terutama dalam berjuang untuk keluar dari kesengsaraan dan penderitaan di bawah kekuasaan Belanda.

Opu Daeng Risadju adalah gadis hitam manis yang lincah dan berwajah serius.

Namun beliau tidak pernah kesunyian hari-harinya penuh dengan kesibukan belajar mengaji di sabbangparu sampai beliau tammat 30 juz Al-Qur’an.

Opu Daeng Risadju dalam perjuangannya selalu dihiasi oleh ajaran dasar agama Islam, sehingga tidak salah bila beliau fasih dalam tulisan arab dan huruf lontara dibanding huruf latin.

Setelah memasuki usia dewasa Famajjah (nama kecil beliau), dinikahkanlah ia dengan seorang ulama dari Bone yakni H. Muhammad Daud, kemudian nama Famaajjah dengan gelar bangsawannya Opu Daeng Risadju.

Sesuai dengan tradisi masyarakat Luwu apabila telah memasuki era baru dalam kehidupannya.

Dengan kerja sama dan bantuan suaminya maka pengetahuan beliau semakin baik dan memiliki kesempatan luas untuk lebih mendalamnya secara teratur dan terus-menerus.

Pada akhirnya, Opu Daeng Risadju bukan hanya memiliki pengetaahuan yang mendalam tentang keislaman, melainkan juga lebih memahami dan menghayati ajaran Al-Qur’an.

Artikel ini merupakan kontribusi dari lomba penulisan budaya yang diselenggarakan indeksmedia.id dengan tema “Menumbuhkan Budaya Mentradisikan Literasi.”

Disclaimer: indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber. (*)