Makna Filosofis Arsitektur Masjid Jami Tua Palopo

INDEKSMEDIA.ID – Masjid Jami Palopo terletak di tengah kota Palopo, berdekatan dengan Istana Langkanae.

Majid Jami Tua ini tentu saja memiliki banyak simbol yang mencerahkan.

Tidak hanya simbol, tetapi juga kita mampu mengambil makna beragam dari Majid Jami Tua Palopo ini.

Beberapa makna filosofis Masjid Tua Palopo yang barangkali perlu diterangkan adalah sebagai berikut:

1. Unsur Lokal Bugis

Unsur ini terlihat pada struktur bangunan masjid secara keseluruhan yang terdiri dari tiga susun, mengikuti konsep rumah panggung.

Konsep tiga susun ini juga konsisten diterapkan pada bagian lainnya, seperti atap dan hiasannya yang terdiri dari tiga susun.

Tiang penyangga juga terdiri dari tiga susun, yaitu pallanga (umpak), alliri possi (tiang pusat) dan soddu, dinding tiga susun yang ditandai oleh bentuk pelipit (gerigi), dan pewarnaan tiang bangunan yang bersusun tiga dari atas ke bawah, dimulai dari warna hijau, putih dan cokelat.

2. Unsur Jawa

Unsur ini terlihat pada bagian atap, yang dipengaruhi oleh atap rumah joglo Jawa yang berbentuk piramida bertumpuk tiga atau sering disebut tajug.

Dua tumpang atap pada bagian bawah disangga oleh empat tiang, dalam konstruksi Jawa sering disebut soko guru.

Sedangkan atap piramida paling atas disangga oleh kolom (pilar) tunggal dari kayu cinna gori (Cinaduri) yang berdiameter 90 centimeter.

Pada puncak atap masjid, terdapat hiasan dari keramik berwarna biru yang diperkirakan berasal dari Tiongkok.

Terdapat dua pendapat seputar bentuk atap Masjid Tua Palopo ini.

Yang pertama mengatakan bahwa atap tersebut mendapat pengaruh dari arsitektur Jawa.

Sementara yang kedua menolak pendapat itu, dengan berargumen bahwa bentuk tersebut merupakan pengembangan dari konsep lokal masyarakat Sulawesi Selatan sendiri.

Namun, mengingat hubungan antara kedua masyarakat telah terjalin begitu lama, wajar jika terjadi akulturasi budaya.

Susunan atap pertama dan kedua disangga empat tiang yang terbuat dari kayu cina duri, dengan tinggi 8,5 meter dan berdiameter 90 cm.

Keempat tiang tersebut dalam konsep Jawa disebut soko guru.

Sementara itu, atap paling atas ditopang dengan satu tiang terbuat dari kayu yang sama.

Dalam kearifan lokal Sulawesi Selatan, satu tiang penyangga atap paling atas yang didukung oleh empat tiang lainnya merefleksikan yang sentral (wara) dikelilingi oleh unsur-unsur lain di luar yang sentral (palili).

3. Unsur Hindu

Unsur ini terlihat pada denah masjid yang berbentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konstruksi candi.

Pada dinding bagian bawah, terdapat hiasan bunga lotus, mirip dengan hiasan di Candi Borobudur. Pada dinding bagian atas juga terdapat motif alur yang mirip dengan hiasan candi di Jawa.

4. Unsur Islam

Unsur ini terlihat pada jendela masjid, yaitu terdapat lima terali besi yang berbentuk tegak, yang melambangkan jumlah Salat wajib dalam sehari semalam.

Hingga sekarang masjid tersebut masih berdiri kokoh, selain sebagai salah satu situs peninggalan masjid ini pun selalu ramai digunakan oleh masyarakat kota Palopo untuk aktivitas beribadah dan mendekatkan diri kepada tuhan yang maha esa.

Artikel ini merupakan kontribusi dari lomba penulisan budaya yang diselenggarakan indeksmedia.id dengan tema “Menumbuhkan Budaya Mentradisikan Literasi.”

Disclaimer: indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber. (*)