Jejak Peninggalan Tana Luwu yang Mencengangkan
Lalu di samping itu ada benda pusaka seperti keris, guci, keramik, piring antik, alat musik kecapi, dan bosara sebagai tempat penyimpanan penganan tradisional yang terletak di lemari kaca, bahkan di dalam istana Langkanae Luwu terpampang di depan mata Legenda Batara Guru.
3. Masjid Tua Palopo
Masjid Tua Palopo merupakan masjid peninggalan kerajaan Luwu yang berada di Kota Palopo, Sulawesi Selatan.
Didirikan pada 1604 oleh raja ke-16 Kedatuan Luwu bernama Datu Payung XVI Pati Pasaung Taompanangi Sultan Abdullah Matinroe.
Luas Masjid Tua Palopo berkisar 15 m2 yang berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 15×15 meter dengan ketebalan dinding yang mencapai 90,2 cm, tinggi dinding 3 meter dari permukaan tanah.
Bentuk pintu masjid ini seperti pintu bersayap yang dihiasi dengan huruf Arab di mana pada bagian atas pintunya dibentuk agak melengkung dan pada bagian puncaknya di sebelah kanan dan kirinya terdapat tonjolan motif daun.
Pintu masjid ini diapit 6 buah jendela berukuran 85×117 cm, terdapat dua buah jendela pada dinding sebelah utara dan selatan, lalu pada bagian Barat ada ceruk yang berfungsi sebagai mihrab, berbentuk melengkung dan meruncing seperti kubah bagian atasnya.
Bentuk atap Masjid Tua Palopo tumpeng yang terbuat dari sirap, dan pada bagian atasnya terdapat sebuah mustaka yang terbuat dari keramik Tiongkok berfungsi sebagai pengunci puncak untuk menjaga air yang masuk.
Namun secara fisolofis, menandakan keesaan Tuhan. Bagian tumpeng paling atas ditopang oleh tiang utama atau soko guru yang terbuat dari kayu lokal yaitu cinna gori yang ditata dengan ukuran garis tengah sepanjang 90 cm.
Keberadaan soko guru ini sangat disakralkan masyarakat sekitar, lalu pada bagian tumpeng tengah dan bawah ditopang oleh empat buah pilar.
Arsitektur bangunan Masjid Tua Palopo merupakan perpaduan dari 4 budaya yaitu lokal Bugis, Jawa, Islam dan Hindu.
Unsur lokal Bugis terlihat pada 3 susunan yang menyerupai rumah panggung, sedangkan unsur Jawa terlihat di bagian atap berbentuk piramida atau kerap disebut tajug yang menyerupai unsur rumah joglo.
Unsur Islam sendiri terlihat dari jendela masjid, terdapat lima teralis besi berbentuk tegak melambangkan jumlah shalat wajib dalam sehari semalam.
Sementara itu, unsur Hindu dapat dilihat dari denah masjid, berbentuk segi empat yang dipengaruhi oleh konstruksi candi.
4. Museum Batara Guru
Museum Batara Guru didirikan pada 1920. Dahulunya merupakan istana Raja Luwu.
Pada 26 Juli 1971 museum ini diresmikan oleh salah seorang ahli waris Raja Luwu yang juga merupakan bupati Luwu saat itu, yakni Andi Achmad.
Kemudian beralihfungsi dari istana menjadi museum tempat melestarikan warisan budaya kerajaan Luwu agar dapat diwariskan pada generasi selanjutnya.
Museum ini terletak di Jl. Andi Djemma, No. 1, Kelurahan Batu Pasi, Kecematan Wara Utara, Kabupaten Luwu, Palopo.
Secara arsitektur, bangunan ini bergaya Eropa dengan luas bangunan 968 m2 serta terletak di atas tanah seluas 10.000 m2 dengan ketinggian kurang lebih 20 meter dari permukaan laut.
Museum Batara Guru dilengkapi dengan beberapa fasilitas berupa ruang pamer yang terasa lega dan cantik dipandang sehingga menyejukkan mata dengan luas 120 m2, ruang administrasi, ruang perpustakaan, mushola, dan toilet.
Museum ini juga memiliki banyak koleksi, seperti koleksi prasejarah, keramik, numismatik, foto, heraldik, etnografi dan heraldik.
Jumlah keseluruhan koleksi ini berkisar 831 koleksi. Sekat antara benda pusaka satu dengan yang lainnya ditata dengan apik, sehingga benda pusaka dapat dilihat secara detail.
4 Sumur Mattirowalie
Sumur Mattirowalie merupakan salah satu peninggalan kerajaan Luwu yang nyaris terlupakan oleh zaman karna kondisinya yang sangat menyedihkan dan kotor.
Untungnya, masyarakat sekitar memiliki tingkat kepedulian yang tinggi akan situs bersejarah ini.
Mereka mengadakan gerakan bersih-bersih, beberapa instansi pun ikut serta terlibat seperti Dinas Kebudayaan, Roemah Simpoel, Kejaksaan, Anak Muda peduli Anggrek dan lurah setempat bahu-membahu membersihkan dan memelihara kembali situs bersejarah kerajaan Luwu ini.
Konon, sumur Mattirowalie merupakan salah satu tempat sakral yang menjadi titik pertama prosesi pengukuhan raja Luwu.