Teks NDP HMI Bab 4, Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan

Pembagian kemanusiaan yang tidak selaras dengan dasar kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain ialah pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara kegiatan duniawi dan ikhrawi, antara tugas-tugas peradaban dan agama.

Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia adalah tujuan pada dirinya sendiri membelah kemanusiaan seseorang menjadi: manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai tujuan kegiatan.

Kepribadian yang pecah berlawanan dengan kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen harmonis pada dirinya sendiri: jadi berlawanan dengan kemanusiaan.

Oleh karena hakekat hidup adalah amal perbuatan atau kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum menyatakan diri dalam kegiatan konkrit dan nyata.

Kecintaan kepada Tuhan sebagai Kebaikan, Keindahan dan Kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan masyarakat berupa usah-usaha yang nyata guna menciptakan sesuatu yang membawa kebaikan.

Keindahan dan kebenaran bagi sesama manusia. ‘Amal Saleh’ (harfiah; pekerjaan yang selaras dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman.

Jadi Ketuhanan YME memancar dalam perikemanusiaan. Sebaliknya, karena perikemanusiaan adalah kelanjutan dari pada kecintaan kepada kebenaran, maka tidak ada perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME.

Perikemanusiaan tanpa Ketuhanan adalah tidak sejati. Oleh karena itu semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridha dari-Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh.

Dasar selain itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradaban.

“Syirik” merupakan kebalikan dari Tauhid, secara harfiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan.

Syirik adalah sikap menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kebenaran, baik kepada sesama manusia maupun alam.

Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan.

Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan orang karena syirik. Sebab dalam melakukan kejahatan, dia menghambakan diri kepada motiv yang mendorong dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran.

Demikian pula karena syirik seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan itu sendiri dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran, tapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.

“Musyrik” adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan, baik manusia maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan.

Demikian pula seseorang yang memperhamba manusia (sebagaimana dengan tiran dan diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya sendiri sama atau setingkat dengan Tuhan.

Kedua perlakuan itu merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.

Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil, yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar.

Seseorang yang adil ialah yang memandang manusia sebagai manusia; tidak melebihkan sehingga menghambakan diri padanya dan tidak mengurangkan sehingga memerhambanya.

Dia selalu menyimpan I’tikad baik dan lebih baik (ihsan). Maka Ketuhanan menimbulkan sikap yang adil dan baik kepada sesama manusia.

Demikianlah teks NDP HMI bab 4 yang wajib kamu, khususnya kader-kader HMI untuk menelaahnya. (*)