INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Teks NDP HMI Bab 4, Ketuhanan Yang Maha Esa dan Perikemanusiaan

Nurcholish Madjid, pemikir futuristik penggagas NDP HMI (Kolase/gusji)

Dalam perbendaharaan bahasa dan kulturiil, kita sebut kebenaran mutlak itu “Tuhan”, kemudian sesuai dengan uraian Bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah.

Karena kemutlakan-Nya, Tuhan bukan saja tujuan segala kebenaran. Maka Dia adalah Yang Maha Benar.

Setiap pikiran yang maha benar adalah pada hakekatnya pikiran tentang Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu, seorang manusia merdeka ialah yang berketuhanan Yang Maha Esa.

Keikhlasan tiada lain ialah kegiatan yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Kebenaran Mutlak, guna memperoleh persetujuan atau “ridha” dari pada-Nya.

Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya kemerdekaan, dan kemerdekaan ada karena adanya keikhlasan, maka keikhlasan itu disebabkan pemurnian tujuan kepada Tuhan semata-mata.

Hal itu berarti bahwa segala bentuk kegiatan hidup dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang terkandung di dalamnya guna mendapatkan persetujuan atau ridah Kebenaran Mutlak.

Dan hanya pekerjaan ‘karena Allah’ itulah yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan.

Kata ‘Iman’ berarti percaya. Dalam hal ini percaya kepada Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan diri kepada-Nya.

Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada Tuhan itu disebut Islam.

Islam menjadi nama segenap ajaran pengabdian kepada Tuhan YME. Pelakunya disebut “Muslim”.

Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim adalah manusia yang medeka, yang menyerahkan dan menghambakan diri kepada Tuhan YME.

Semangat tauhid (memutuskan pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan.

Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan terbatas. Manusia tauhid adalah manusia sejati dan sempurna, yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.

Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya adalah dari keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan peradaban.

Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan menikmati kebaikan-kebaikan peradaban dan kebudayaan.