Singkapan Makna dan Aktualisasi Konkret  Monumen Toddopuli Temmalara di Tana Luwu

Sebab, badik hanya dikeluarkan jika tidak ada jalan lain dari sebuah permasalahan. Hal ini dibuktikan dengan sejarah 23 Januari 1946 yang awalnya KNIL telah dihimbau dengan cara yang baik, akan tetapi akibat respon yang tidak diberikan, maka barulah penyerangan dilakukan oleh pemuda-pemuda Luwu.

Maka dari itu, dari kedua hal diatas (semboyan dan bentuk monumen) dapat disimpulkan bahwa masyarakat Luwu sangat menjunjung tinggi kejujuran, sifat amanah serta tanggung jawab tinggi.

Sebab semboyan toddopuli temmalara yang mendorong akan terciptanya hal tersebut juga dipertegas oleh bentuk monumen (kawali) yang juga mendorong sikap keberanian dan jujur.

Implementasi Makna Monumen Toddopuli Temmalara

Monumen Toddopuli Temmalara bukan hanya berfungsi sebagai hiasan daerah saja. Jika disikapi dengan bijak, tentu makna serta penginplementasiannya secara aktual merupakan hal yang jauh lebih penting.

Implementasi dari makna Monumen Toddopuli temmalara merunut Ajigoena antara lain sebagai berikut.

Kalangan Pemerintah

Simbol badik yang terdapat dalam monumen Toddopuli sejatinya mendorong pemerintah untuk bertugas dengan penuh tanggung jawab, lempu, dan getteng.

Selain itu, pemerintah juga dituntut agar senantiasa mengemban tugas dengan amanah. Keputusan atau otoritas yang dibuat harus mempertimbangkan aspek sebab dan akibat.

Keseluruhan argumen tersebut selaras dengan semboyan toddopuli temmalara.

Dengan aktualisasi tersebut tentunya diharapkan berbagai praktik korupsi, kolusi dan nepotisme menjadi menurun, serta kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah membumbung tinggi.

Maka dengan begitu terjadi harmonisasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat.

Pelajar/Penuntut Ilmu

Monumen Perjuangan Rakyat Luwu menunjukkan keberanian dan totalitas dalam berbuat.