Perjuangan Sang Perempuan Tangkas dari Timur, Opu Daeng Risadju

Akan tetapi menurut adat kerajaan Luwu, yang berhak menggantikan Almarhum Andi Kambo adalah putra pertamanya, Andi Djemma.

Namun pihak Belanda tidak menyukai Andi Djemma lantaran punya sifat nasionalis dan memiliki kedekatan dengan tokoh-tokoh PSII yang pro pada perjuangan Opu Daeng Risadju.

Melihat karakter Andi Djemma yang memiliki sifat nasionalis, maka Belanda selalu berusaha agar Andi Djemma tidak terpilih menjadi Datu dengan cara menuduhnya mengambil khas kerajaan untuk kepentingan pribadi.

Kondisi kerajaan pada saat itu semakin memanas. Dalam kondisi ini, Opu Daeng Risadju menggunakan kesempatannya untuk menyeru kepada rakyat agar Andi Djemma yang terpilih menjadi Datu Luwu. Hal itu pun disambut baik oleh masyarakat.

Dengan terpilihnya Andi Djemma sebagai Datu Luwu, maka PSII semakin berkembang di tanah Luwu di bawah kepemimpinan Opu Daeng Risadju, sampai dengan berakhirnya masa penjajahan Belanda dan awal kedatangan bangsa Jepang pada tahun 1942 (Gosse, 2021).

Padat tanggal 9 Februari 1942, Jepang melakukan pendaratan di Makassar, Sulawesi Selatan, yang kemudian menyebar kebeberapa daerah termasuk Tana Luwu.

Hadirnya tentara Jepang di Tana Luwu membuat semangat Opu Daeng Risadju semakin berkobar untuk melakukan perlawanan atas penjajahan di daerahnya.

Namun setelah Jepang menyerah kepada tentara sekutu, ternyata NICA ikut  memanfaatkan kedatangan tentara sekutu di Tana Luwu

Di tahun 1946, pemuda melakukan penyerangan terhadap tentara NICA tetapi tentara NICA kemudian melakukan serangan balik kepada Opu Daeng Risadju yang menyebabkan beberapa pemuda pribumi gugur.

Opu Daeng Risadju karena keberaniannya melawan tentara NICA, dirinya pun menjadi incaran nomor satu oleh NICA.

Adapun upaya yang dilakukan NICA untuk menangkap Opu Daeng Risadju yaitu dengan mengumumkan kepada masyarakat yang mirip dengan sayembara.

Tentara NICA mengumumkan bahwa “Barang siapa yang dapat menemukan Opu Daeng Risadju baik dalam keadaan hidup maupun mati maka akan diberi hadiah”.

Akan tetapi tidak seorang pun yang mau memberitahukan keberadaan Opu Daeng Risadju.

Selama pencarian, Opu Daeng Risdaju bersembunyi dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Tetapi akhirnya Opu Daeng Risadju ditemukan di daerah Latonro.

Pada saat penyerangan, Opu Daeng Risadju ditangkap dan disuruh berjalan kaki sejauh 40 km menuju Watampone.

Di Kota itu ia dipenjara selama satu bulan lalu dibawa ke Sengkang dan dipulangkan ke Bajo.

Belum puas, tentara NICA kemudian menyiksa Opu Daeng Risadju dengan membawa ke tengah lapangan dan berdiri di sana menghadap matahari.