INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Istana Langkanae di Tengah Modernisasi Kota Idaman, Bukti Peradaban Kerajaan Luwu

Istana Langkanae Tana Luwu di Palopo Kota Idaman (kolase/gusji)

INDEKSMEDIA.ID — Kota Idaman merupakan julukan kota Palopo, suatu daerah pemekaran dari kabupaten Luwu, sebelah utara kota ini berbatasan langsung dengan kecamatan Walenrang, Kabupaten Luwu.

Sebelah Timur kota Idaman berbatasan dengan Teluk Bone, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten Luwu, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala, Kabupaten Tana Toraja.

Secara geografis kota Idaman terletak kurang lebih 375 Km dari Makassar ke arah Utara yang merupakan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan.

Dilansir dari portalkota.go.id yang merupakan portal resmi pemerintah kota Palopo, secara administrasi Palopo memiliki luas wilayah 247,52 km persegi, memiliki 9 kecamatan dan 48 kelurahan.

Palopo merupakan kota minimalis, memiliki keberagaman cukup kompleks baik dari pendidikan, mata pencarian, keindahan alam dan kebudayaan.

Berdasarkan data sensus penduduk kota Palopo tahun 2022, jumlah penduduk yang berada di kota Idaman ini sebanyak 184.681 jiwa, di mana sebagaian besar jumlah tersebut didominasi penduduk laki-laki dengan jumlah 92.444 jiwa.Sementara jumlah penduduk perempuan sebanyak 92.237 jiwa.

Dengan jumlah penduduk yang cukup besar, tidak heran kompleksitas kota Idaman bukan hanya pada komposisi secara umum kota ini sendiri, melainkan keberagaman mata pencarian penduduknya yang tentu saja berdampak pada kebudayaan masyarakat, kesejahteran bahkan pendidikan yang ada di kota Palopo.

Jumlah penduduk itu juga berdampak pada pola hidup masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu masyarakat modern dan masyarakat yang dapat dikatakan masih tradisonal.

Namun, di tengah keindahan kota dengan lampu jalan yang tertata apik, dan pertumbuhan masyarakat modern serta kemegahan gedung-gedung yang menjadi pusat keramaian, bahkan ditengah carut-marut kehidpuan daerah pelosok kota, negeri Idaman ini justru mampu membius para wisatwan asing atau pun lokal.

Itu karena pesonanya masih menyimpan situs bersejarah yang begitu indah bahkan tidak lekang dimakan zaman di mana hal ini merupakan bentuk dari melestarikan kebudayaan secara nyata yang ada di kota tersebut.

Adapun situs sejarah yang berada di kota Palopo salah satunya adalah Langkanae, yang merupakan nama lain dari istana kedatuan Luwu.

Langkanae bukanlah sebuah istana yang digambarkan seperti dalam dongeng-dongeng penghantar tidur, atau istana megah seperti yang ada di layar kaca.

Langkanae sendiri merupakan situs bersejarah sebagai bukti peradaban kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan.

Dilansir dari portal direktoratpariwisata.id, Langkanae diperkirakan didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda sekitar tahun 1920-an yang pada awal mulanya istana ini dibangun menggunakan bahan baku kayu.

Konon istana Langkanae juga memiliki 88 tiang yang diratakan dengan tanah oleh pemerintah Belanda pada masa penjajahan.

Dahulu, Langkanae tidak hanya dijadikan sebagai museum sejarah untuk mengenang perjuangan pahlawan yang berada di Tana Luwu, melainkan menjadi pusat pemerintahan dari kerajaan.

Dilansir dari portal luwukab.go.id yang merupakan website resmi pemerintah kabupaten Luwu, Kerajaan Luwu pada awalnya berkedudukan di Ussu Malili yang saat ini menjadi ibu kota Kabupatan Luwu Timur.

Seiring berjalannya waktu beserta dinamika pemerintahan kerajaan, pusat pengendalian pemerintahan kedaulatan Luwu berpindah sebanyak empat kali di antaranya Manjapai, yang sekarang ini menjadi wilayah Kabupaten Kolaka Utara.

Kemudian berpindah untuk kedua kalinya ke Cilallang Kamanre, Kecamatan Kamanre ,dan selanjutnya berpindah untuk ke tiga kalinya di Kecamtan Malangke, dan terakhir di Kota Palopo.

Keunikan dari bangunan Langkanae, selain dari cerita panjang sejaranya yang dapat dinikmati indra pendengaran manusia, arsitekturnya pun tidak kalah memanjakan indra penglihatan.

Konsep bangunan dengan arsitektur Eropa, ditambah dengan berbagai koleksi benda pusaka yang ada di Langkanae seperti pakaian pengantin adat Luwu yang terpasang di sepasang manekin, pelaminan khas adat setempat, Silsilah 23 generasi Pajung-e ri Luwu atau biasa disebut dengan pohon famili dari raja-raja Kedatuan Luwu serta terpajangnya legenda Batara Guru  membuat para wisatawan atau pengunjung mendapatkan pengalaman yang sangat luar biasa istimewa.

Tidak hanya itu, di dalam istana Langkanae masih tersimpan senjata pusaka berupa keris dan senjata kerajaan lainya.

Tidak sampai disitu, kekayaan kerajaan Luwu juga diimplementasikan pada alat-alat atau prasarana menyajikan dan menjamu tamu kerajaan, seperti masih tersimpan dengan rapi dalam lemari kaca piring antik, guci, kramik dan bosara (wadah yang diperuntukkan menyimpan dan menyajikan makanan).

Hal itu menjadi bukti bahwa kerajaan Luwu merupakan kerajaan yang sangat terhormat.

Menilik dari berbagai sudut Langkanae yang masih tetap kokoh berdiri di tengah kemajuan kota Palopo dengan segala bentuk pertumbuhan dan perkembangan masyarakatnya, serta di zaman yang begitu modern ini, Langkanae tetap mampu mempertahankan eksistensinya sebagai situs bersejarah kebudayaan di tanah Luwu.

Tentu saja hal itu menjadi bukti kuatnya peradaban kerajaan Luwu dari zaman dahulu hingga sekarang.

Sehingga sudah sepatutnya generasi muda penerus bangsa Indonesia secara umum dan khususnya para tunas muda Tana Luwu menjaga dan melestarikan kebudayan yang ada di tanah air Indonesia, terkhusus Tana Luwu Bumi Sawerigading dengan motto Luwu “Wanua Mappatuo Naewai Alena.”

Penulis : Mila Alfiana

Tulisan ini merupakan kontribusi peserta dalam lomba menulis artikel budaya yang dilaksanakan indeksmedia.id.

Disclaimer: Indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber