Cerita Rakyat Ihwal Sawerigading, antara Sejarah dan Mitos?

Oleh karena itu ia meminta saudaranya berlayar dan mempersunting wanita tersebut.

Tawaran itu tidak disambut baik oleh Sawerigading, ia berpendapat bahwa saudarinya hanya memperdaya dirinya.

Maka untuk meyakinkannya, We Tenriabeng memberikan Sawerigading sehelai rambutnya sebagai pembuktian kemiripan dirinya dengan wanita yang ia maksud.

Bahkan untuk meyakinkan saudara kembarnya itu, We Tenriabeng berjanji akan menentang perintah ayahnya dan menyetujui untuk menikah dengan Sawerigading apabila nantinya wanita di negeri Cina itu tidak mirip dengannya.

Mendengar janji saudarinya, bulatlah sudah tekad Sawerigading untuk berlayar ke negeri Cina guna membuktikan kebenarannya.

Dirinya pun menebang pohon Welerengge (kayu Belanda) untuk dijadikannya perahu yang membawanya mengarungi lautan.

Sebelum kepergiannya, Sawerigading bersumpah untuk tidak akan menginjakkan kakinya kembali di Tana Luwu.

Dalam perjalanannya, lelaki dengan karakter lembut itu menemui banyak hambatan, namun tak menghentikan niatnya.

Setelah mengarungi lautan cukup lama, ia akhirnya tiba di negeri Cina dan berjumla dengan wanita yang dimaksud oleh We Tenriabeng.

Sawerigading merasa syok lantaran apa yang dikatakan Tenriabeng benar adanya, bahkan panjang rambut keduanya benar-benar sama. Wanita itu bernama We Cudai.

Ia pun meminang We Cudai, dan niat baiknya itu disambut hangat oleh keluarga We Cudai, sehingga terjadilah pernikahan oleh keduanya.

Dari pernikahan tersebut lahirlah tiga orang anak. Salah satunya adalah I La Galigo.

Selama pernikahannya dengan Sawerigading, We Cudai belum pernah bertemu dengan orang tua suaminya, hingga suatu hari timbullah keinginannya menemui mertuanya yang berada di Tana Luwu.

Mendengar niat istrinya itu, Sawerigading sempat tertegun sebab sumpah yang ia ucapkan di masa lalu untuk tidak menginjakkan kaki lagi di tanah kelahirannya itu.