INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Kemerdekaan Manusia dan Keharusan Universal, NDP HMI Bab 3 Wajib Kamu Baca

Nurcholish Madjid, pemikir bangsa penggagas NDP HMI (kolase/gusji)

INDEKSMEDIA.ID — Nilai Dasar Perjuangan (NDP) adalah landasan perjuangan bagi kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

NDP dalam teksnya yang logis memuat pelajaran sebanyak tujuh Bab.

Dalam bab ketiga NDP berisi tentang tentang Ikhtiar dan Takdir, atau Kemerdekaan Manusia dan Keharusan Universal.

Berikut ini teks NDP bab tiga yang disediakan oleh indeksmedia.id;

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani.

Keikhlasan merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal dari perkembangan tak terkekang dari kemauan baiknya. Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan manusia sejati.

Kehidupan manusia mengenal dua aspek, yaitu yang tempores berupa kehidupansekarang di dunia, dan yang abadi (eternal) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akhirat.

Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan komunal sekaligus.

Sedangkan dalam aspek kedua manusia tidak lagi melakukan amal perbuatan, melainkan hanya menerima akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu did unia secara individual.

Di akhirat tidak terdapat pertanggung jawaban perseorangan (mutlak). Manusia dilahirkan sebagai individu, hidup di tengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya dari pada nilai kemanusiaan itu sendiri.

Karena individu adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak dari pada awal perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi adalah haknya yang pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah kenyataan yang asasi dan primer saja dari pada kemanusiaan.

Kenyataan lain, sekalipun bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubugan tertentu dengan dunia sekitarnya.

Manusia hidup di tengah alam sebagai makhluk sosial hidup di tengah sesama. Dari segi ini manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan satu kesatuan.

Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk pribadi dalam konteks hidup di tengah masyarakat.

Sekalipun kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti bahwa manusia selalu dan di mana saja merdeka.

Adanya batas-batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap menguasai alam.

Hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manusia sendiri yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia.

Hukum-hukum itu mengakibatkan adanya “keharusan Universal” atau “kepastian hukum” dan takdir.

Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontkes hidup di tengah alam dan masyarakat di mana terdapat keharusan universal yang tidak tertaklukkan, maka apakah bentuk hubungan yang harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya?

Sudah tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri.

Pengakuan akan adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan.

Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan.

Sebaliknya suatu persyaratan yang positif dari pada kemerdekaan adalah pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kreatif manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan dinamakan “ikhtiar” artinya pilihan merdeka.

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan usaha yang ditentukan sendiri di mana manusia berbuat sebagai pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan di mana manusia tidak diperbudak oelh suatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan.

Tanpa adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa mengerti untuk memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang mengubah dunia dan dirinya sendiri.

Jadi sekalipun terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan menentukan bagi dunia dan dirnya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan.

Maka percaya pada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu membanggakan diri karena suatu kemujuran.

Sebab segala sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri, melainkan juga kepada keharusan yang universal itu. (*)