Ini Teks Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI Bab 1, Dasar-Dasar Kepercayaan

Jadi, kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi riil dan objektif, melainkan semua palsu atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana.

Juga tidak seperti dikatakan filsafat agnostisisme yang mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti oleh manusia.

Dan sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini mempunyai eksistensi riil dan objektif sehingga dapat dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan makhluk-Nya yang tertinggi. Sebagai makhluk tertinggi manusia dijadikan “khalifah” atau wakil Tuhan di bumi.

Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk memakmurkannya. Maka urusan di dunia telah diserahkan Tuhan kepada manusia.

Manusia sepenuhnya bertanggungjawab ats segala perbuatannya di dunia. perbuatan manusia ini membentuk rentetan peristiwa yang disebut “sejarah”.

Dunia adalah wadah bagi sejarah, di mana manusia menjadi pemilik atau “rajanya”.

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti (sunnatullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang telah ada secara otomatis tunduk kepada sunnatullah itu.

Manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum kehidupannya sendiri. Ketidakpatuhan itu disebabkan karena sikap menentang atau kebodohan.

Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah “perubahan da perkembangan”, sebab: segala sesuatu ini adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan oleh-Nya dalam suatu proses yang tiada henti-hentinya. Segala sesuatu ini adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan.

Maka satu-satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri, asal dan tujuan segala sesuatu.

Di dalam memenuhi tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus perkembangan itu menuju pada kebenaran.

Hal itu berarti bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu. Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-nilai tradisional yang tidak diketahinya dengan pasti akan kebenarannya.

Oleh karena itu, kehidupan yang baik adalah yang disemangati oleh iman dan diteranig oleh ilmu.

Bidang iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu sedangkan bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini. Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).

Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya kualita-kualitas yang bersifat ketuhanan.

Sebab sebagaimana diterangkan di muka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan dan Tuhan pun untuk sebagian dan seluruhnya tidak sama dengan alam.

Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan (sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. Tuhan Allah YME.

Ini disebut “Tauhid” dan lawannya disebut “syirik” artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya atau sebagian maka jelasnya syirik menghalangi perkembangan dan kemajuan peradaban, kemanusiaan menuju kebenaran.

Sesudahnya atau kehidupan duniawi ini adalah “hari akhirat”. Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan akhirat. Kiamat disebut juga “hari agama”, atau yamuddin, di mana Tuhan satu-satunya menjadi Pemilik dan Raja.

Di situ tidak lagi terdapat kehidupan historis, seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada adalah pertanggungan jawab individu manusia yang bersifat mutlak di hadapan ilahi atas segala perbuatannya dahulu di dalam sejarah.

Selanjutnya kiamat merupakan “hari agama”, maka tidak yang mungkin kita ketahui salin daripada yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan kelanjutannya/kehidupan akhirat yang non-historis manusia hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui kejadian-kejadiannya.

Itulah teks NDP HMI yang digagas oleh Nurcholish Madjid. Ditelaah yaaa sobat-sobat semuanya. (*)