Ini Teks Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI Bab 1, Dasar-Dasar Kepercayaan
Namun demi kelengkapan kepercayaan kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya tentang Ketuhanan dan tata nilai yang bersumber kepada-Nya. Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi namun tidak bertentangan dengan insting dan indera.
Sesuatu yang diperlukan itu adalah “Wahyu” yaitu pengajaran dan pemberitahuan yang langsung dari Tuhan sendiri kepada manusia.
Tetapi sebagaimana kemampuan menerima pengetahuan sampai ke tingkat yang tertinggi tidak dimiliki oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada setiap orang.
Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu para Nabi dan Rasul atau utusan Tuhan.
Dengan kewajiban bagi para Rasul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia. Para rasul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah, semenjak Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa atau Yesus anak Mariam sampai pada Muhammad SAW. Muhammad adalah rasul Allah yang penghabisan, jadi tiada Rasul lagi sesudahnya.
Jadi, para Nabi dan Rasul itu adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima wahyu dari Tuhan.
Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad rasulullah terkumpul seluruhnya dalam kitab suci Al-Qur’an.
Selain berarti bacaan, kata Al-Qur’an juga berarti “kumpulan” atau kompilasi, yaitu kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar Al-Qur’an merupakan suatu kompendium, yang singkat namun mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain.
Jadi, untuk memahami Ketuhanan YME dan ajaran-ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Qur’an dengan terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammad.
Maka kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa ‘Muhammad adalah Rasul Allah’.
Kemudian di dalam Al-Qur’an didapat keterangan lebih lanjut tentang Ketuhanan YME dan ajaran-ajaran-Nya yang merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas menerangkan secara singkat;
Katakanlah: “Dia itu adalah Tuhan YME. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa. Serta tiada sesuatupun yang bagi-Nya sepadan.
Selanjutnya Dia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru sekalian Alam.
Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan yang penghabisan, Yang Lahir dan Yang Batin, dan “kemanapun manusia berpaling maka di sanalah wajah Tuhan”. Dan “Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada”. Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.
Sebagai “yang pertama dan yang penghabisan”, maka sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada, termasuk tata nilai.
Artinya; sebagaimana tata nilai harus bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan kepada-Nya, Ia pun sekaligus menuju kepada kebenaran dan mengarah kepada “persetujuan” dan “ridhanya”.
Inilah kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian yang lain).
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan mengaturnya dengan pasti. Oleh karena itu alam mempunyai eksistensi yang riil dan objektif, serta berjalan mengikuti hukum-hukum yang tetap.
Dan sebagai ciptaan daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung kebaikan pada diri-Nya dan teratur secara harmonis. Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan peradabannya.
Maka, alam dapat dan dijadikan objek penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah) yang berlaku di dalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri.