Lingkungan Hidup dalam Sudut Pandang Teologi Islam Jawadi Amuli

INDEKSMEDIA.ID — Hari lingkungan hidup setidaknya dilaksanakan guna menjaga alam.

Menjaga alam tentu saja bukan untuk lingkungan hidup dalam arti alam semata-mata, tetapi juga untuk manusia yang berdomisili di alam semesta.

Artinya, manusia selalu menjadi pusat atau episentrum dalam membahas persolan, tidak kecuali lingkungan hidup.

Pembahasan ihwal manusia merupakan salah satu topik yang cukup menarik.

Oleh karena selain ia adalah entitas yang memiliki karakteristik dimensional, ia juga ciptaan yang memiliki banyak kelebihan.

Karena itu ia punya kedudukan yang lebih tinggi dari ciptaan lainnya.

Sebelum manusia mengawali interaksi dengan selain dirinya, terlebih dahulu ia mesti sudah selesai dengan dirinya sendiri, agar mampu memposisikan diri dan bersikap sesuai kadarnya terhadap sesuatu diluar dirinya.

Dalam beberapa literatur, makna pengenalan diri adalah ketika manusia mengetahui asal dirinya, kemana ia, dan menggunakan apa.

Sebagaimana hadis Nabi “Man arafa nafs, faqad arafa Rabbah” (barang siapa mengenal dirinya, mengenal Tuhannya).

Allah SWT dalam salah satu Firman-Nya: “sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali” (Q.S. 2: 155-156).

Secara literal, ayat itu dapat dipahami bahwasanya Tuhan sebagai asal sekaligus tujuan (akhir) manusia.

Setelah manusia mengetahui asal dan tujuannya, selanjutnya adalah bagaimana meraih tujuan itu?

Karena Dia Maha Adil, selain berasal dan akan menuju pada-Nya, maka sudah sepatutnya Tuhan memberikan jalan yang akan dilalui manusia untuk meraih tujuan itu.

Islam merupakan agama yang tidak hanya memperbincangkan tentang hal-hal yang lahiriah saja (syariat), juga ada aspek batin  di dalamnya.

Kendati demikian, syariat adalah awalan yang mesti dijalankan manusia dan bersifat wajib.

Syariat adalah segala tingkah laku Rasulullah Saw yang terinterpretasi menjadi hukum fiqh, yang darinya manusia memiliki landasan dalam melakukan segala hal, mulai dari masuk wc, memandang langit, memandangmu, bangun tidur, hingga tidur kembali.

Islam sebagai agama dengan sematan Rahmatan Lil Alamin tentu tak membuatnya luput dari persoalan lingkungan.

Seperti dikutip dari Islam dan Lingkungan Hidup pemikiran Jawadi Amuli, ada begitu banyak ayat Qur’an yang menerangkan perihal ini (Q.S. Ar-Rum ayat 41-42, QS Al-Araf ayat 56, Q.S. Al Baqarah ayat 222).

Bahkan di dalam Islam, sekadar memetik selembar daun dari tangkainya hanya karena persoalan usil bisa terhukumi dosa.

Apalagi mengeksploitasi hutan secara besar-besaran tanpa maksud pemanfaatannya pada khalayak dan tidak berbasis pada regulasi yang ada.

Dari sudut pandang ontologis, meski dengan format yang berbeda, akan tetapi manusia dan makhluk ciptaan lainnya memiliki kedudukan yang setara.

Oleh karena manusia dan lingkungan memiliki posisi yang sama sebagai makhluk ciptaan, maka sudah sepatutnya manusia memperlakukan lingkungan sebagaimana ia berperilaku terhadap sesamanya.

Apabila manusia, atau paling tidak seorang muslim telah menjadikan pandangan dunia Tauhid sebagai sebuah ideologi, maka betapa makmurnya alam ini.

Alasannya, pahaman tentang menjaga dan merawat alam telah tertuang di dalam perbuatan.

Apalagi pahaman yang menimbulkan perilaku menyimpang dari ideologi ini dilihat sebagai sesuatu yang mesti dilawan, sebagaimana seruan Islam untuk ber Amar Ma’aruf nahi Munkar (berbuat baik dan mencegah kejahatan).

Semoga artikel ini bermanfaat ya teman-teman indeksmedia.id.

Selamat hari lingkungan hidup sedunia.
Mari kita bersama-sama menjaga lingkungan kita.