Puluhan Tahun Jadi Tukang Becak, Udin: Ini Takdir, Bukan Salah Pemerintah
INDEKSMEDIA.ID — Sosok tukang becak di kota Palopo tak berani mengeluhkan keresahannya di hadapan penguasa.
Sosok tukang becak itu adalah Udin, penduduk asli Lombok, dengan usia 60an tahun lebih.
Dirinya telah berprofesi sebagai tukang becak selama 30 tahun lebih, mengadu nasib di kota Palopo yang amat idaman itu selama 50 tahun.
Dirinya ikut dengan keluarganya saat ia berusia belum genap 10 tahun.
Punya anak empat, istri ada di Lombok, ia tinggal di Jalan Sungai Preman dengan menyewa tanah.
“Saya ikut keluarga waktu masih kecil. Saya lupa, mungkin usia saya belum sampai 10 tahun waktu itu,” katanya kepada indeksmedia.id, Minggu (4/6).
“Saya tinggal di Sungai Preman, punya empat orang anak meninggal satu. Istri di Lombok sekarang,” tambahnya.
Sekarang ini kata Udin, hanya nongkrong saja menunggu datangnya rejeki, karena sudah lemas tatkala meroda becak mencari penumpang.
Kata dia, pendapatannya dulu, beberapa tahun lalu, bisa mencapai 50-100 ribu rupiah dalam sehari. Sekarang hanya bisa dapat 10 hingga 15 ribu.
“Saya naik becak sekarang ini hanya bisa dapat 10 ribu rupiah, kadang 14 ribu. Biasa juga 15 ribu. Jadi, tidak menentu,” bebernya dengan mata berkaca-kaca.
“Yahh karena sudah cape kesana-kemari juga hasilnya tidak banyak, mending menunggu saja,” tambahnya dengan perasaan pasrah.
Saat ditanya soal pelayanan pemerintah, ia membeberkan bahwa dirinya tidak bisa dibantu karena ia tak memiliki KTP.
Ia pun juga sudah melaporkan hal ini ke pemerintah setempat tetapi tidak mendapatkan respon yang baik.
“Ndak bisa dibantu karena ndak ada KTP.
Sudah lapor di Lurah, tapi kurang yakin barangkali. Kalau dulu, baru diurus langsung jadi, sekarang tidak lagi,” ujarnya dengan penuh harap.
“Waktu saya datang kesana, dan bilang ‘hilang KTP ku, bisa ga dibantu?’ tapi ndak ada lagi tanggapan,” keluhnya.
Udin juga membeberkan status dirinya sebagai warga kota idaman itu tidak jelas.
Dirinya beranggapan bahwa nasibnya selama ini sudah merupakan ketentuan Tuhan yang sama sekali tak bisa diubah.
“Yahh kalau status penduduk saya di Palopo, bisa dibilang iya, bisa dibilang tidak,” katanya.
“Soal kehidupan ini, semuanya sudah takdir. Terima saja, jangan salahkan pemerintah. Barangkali pemerintah sudah berusaha,” tutupnya.