INDEKS MEDIA

Berita Hari Ini Di Indonesia & Internasional

Tetap Eksis Menjadi Jomblo: Perspektif Pemikiran Soren Kierkegaard

Ugha Anugrah, jomblo yang menjelaskan pemikiran filsafat mengenai renungan diri (pribadi)

INDEKSMEDIA.ID — Dalam kehidupan percintaan dan hubungan manusia, menjadi jomblo sering kali dianggap sebagai status yang kurang diinginkan.

Bahkan jomblo cenderung dianggap sebagai kegagalan dalam mencapai kebahagiaan.

Namun, bagi Soren Kierkegaard, sebagai seorang filsuf eksistensialis abad ke-19, memiliki tawaran perspektif menantang sekaitan dengan jomblo.

Ini dapat ditinjau melalui eksplorasi pemikiran Soren tentang betapa pentingnya tetap eksis dan menemukan makna dalam kehidupan sebagai seorang jomblo.

Seperti yang diketahui, filsafat Kierkegaard memandang kehidupan secara sangat subjektif dan menekankan pentingnya pengembangan diri individu.

Baginya, kehidupan manusia adalah perjalanan eksistensial yang unik, dan mencapai otonomi diri adalah tujuan utama.

Pada konteks jomblo, Kierkegaard menekankan pentingnya menghargai masa tunggu dan mengeksplorasi kehidupan pribadi secara mendalam.

Dengan menjadi jomblo, memberikan kesempatan untuk lebih memahami diri sendiri sehingga ada banyak waktu untuk melakukan refleksi serta introspeksi.

Hal itu hanya dapat dicapai tatkala seseorang tidak terikat dalam hubungan romantis.

Dalam keadaan jomblo, seseorang memiliki kesempatan untuk menyelami sambil mendalami pemikiran, nilai-nilai, keinginan, dan ambisinya sendiri tanpa terlalu dipengaruhi oleh dinamika hubungan dengan orang lain.

Tentu saja, momen itu merupakan hal yang berharga untuk memperluas pemahaman diri dan menemukan makna dalam hidup.

Lebih lanjut, Kierkegaard juga menyoroti pentingnya menghadapi kesendirian dengan keberanian.

Melalui keadaan jomblo, seseorang akan diperhadapkan dengan  kehampaan dan kekosongan emosional.

Namun, menurut Kierkegaard, menghadapi kesendirian dengan jujur dan berani dapat membawa pertumbuhan dan kedalaman spiritual.

Dalam kesendirian, seseorang memiliki kesempatan untuk merenung, mencari tujuan hidup yang lebih dalam, dan mengembangkan hubungan yang lebih autentik dengan diri sendiri dan dengan yang Transenden (lebih tinggi).

Pemikiran Kierkegaard juga menyoroti pentingnya kebebasan individu dalam memilih jalannya sendiri.

Baginya, kebebasan adalah inti dari eksistensi (keberadaan) manusia.

Menjadi jomblo berarti memberi kesempatan untuk mengeksplorasi dan menentukan apa yang sesungguhnya diinginkan dan diperlukan dalam kehidupan.

Kierkegaard menekankan bahwa memilih untuk tetap eksis sebagai jomblo bukanlah kegagalan, melainkan ekspresi dari kebebasan individu serta kemampuan untuk menentukan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan keinginan pribadi.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan Kierkegaard tidak bermaksud untuk mengabaikan atau meremehkan nilai hubungan romantis dalam kehidupan manusia.

Menurutnya, hubungan yang autentik merupakan sesuatu yang berharga dan dapat memberikan makna yang dalam.

Namun, menjadi jomblo bukanlah hambatan bagi seseorang untuk mengalami kehidupan yang penuh dan bermakna.

Dalam kehidupan ini, tetap eksis sebagai jomblo dapat menjadi bagian dari perjalanan eksistensial yang unik dan berharga.

Sebagai simpulan, melalui Soren Kierkegaard, dapatlah dipahami bahwa tetap eksis sebagai jomblo bisa menjadikan waktu yang berharga untuk melakukan mengembangkan diri, menemukan makna dalam hidup, dan mengalami kebebasan individu.

Melalui pandangannya yang subjektif dan eksistensialis itu, ia menekankan pentingnya menghargai masa tunggu, menghadapi kesendirian dengan keberanian, dan mengambil kendali atas kehidupan pribadi.

Oleh karena itu, menjadi jomblo bukanlah kegagalan, tetapi merupakan bagian integral dari perjalanan eksistensial yang unik dan berharga.

Penulis: Ugha Anugrah (Mahasiswa Magister Bimbingan Konseling UNJ)

Indeksmedia.id tidak bertanggung jawab atas isi konten. Kami hanya menayangkan opini yang sepenuhnya jadi pemikiran narasumber.